Saya termasuk orang yang senang berjalan kaki dalam melakukan aktivitas di Jakarta. Setidaknya, ini adalah pengganti olahraga rutin yang sulit dilakukan di rumah. Jalan kaki cukup untuk melatih tubuh untuk selalu bergerak, agar tulang tidak cepat keropos.
Namun berjalan kaki di ibukota sama sekali tidak menjamin keamanan dan kenyamanan. Jakarta tidak ramah untuk pejalan kaki. Karena itu banyak orang yang enggan berjalan kaki meski jarak tempuhnya sangat dekat. Mereka memilih menggunakan ojek online atau naik moda yang tersedia di tempat tersebut.
Ada 5 hal yang menjadi penyebab utama Jakarta bukan kota yang ramah untuk pejalan kaki.
1. Polusi. Tingkat polusi atau pencemaran udara di Jakarta sangat tinggi. Sehingga, alih-alih menjadi sehat, kita malah menghirup polusi yang berasal dari kendaraan. Asap kendaraan bermotor mengandung timbal beracun, yang dapat merusak paru-paru dan kulit kita.
Di jalan-jalan yang padat dengan kendaraan bermotor, terutama jalan protokol, polusi itu begitu menyesakkan. Karena selagi kita berjalan jalan, Â dipaksa menghirup udara yang mengandung racun. Akibatnya, kita tidak ingin berlama-lama di tepian jalan, kuatir dengan polusi tersebut.
Adalah penting bagi Pemda untuk menertibkan kendaraan yang melintas di jalan raya. Sebaiknya kendaraan yang mengeluarkan polusi tinggi karena sudah soak dan tidak laik jalan, tidak  boleh memasuki ibukota supaya polusi bisa berkurang.
2. Penyalahgunaan trotoar. Sejatinya, Pemda DKI memang menyediakan trotoar  khusus untuk para pejalan kaki. Namun trotoar ini justru tidak bisa dinikmati oleh para pejalan kaki. Mereka seringkali harus tersingkir karena terjadi penyalahgunaan trotoar.
Trotoar menjadi disfungsi karena beberapa hal. Pertama karena pedagang kaki lima. Pada sore hari hingga malam, bermunculanlah para pedagang kaki lima, terutama yang mendirikan tenda untuk warung makanan. Tenda ini memakan tempat, termasuk trotoar untuk pejalan kaki.
Akibatnya pejalan kaki terpaksa berjalan di jalan raya yang sangat tidak aman. Sewaktu-waktu ada kendaraan yang lewat, yang bisa mengancam keselamatan para pejalan kaki. Kendaraan yang tidak bisa berhati-hati akan mencelakai para pejalan kaki.
Selain itu, trotoar juga disalahgunakan oleh kendaraan roda dua dan tiga untuk menerobos kemacetan. Para pejalan kaki menjadi terzalimi, harus minggir jika tidak ingin tertabrak. Bahkan para pengendara seringkali memaki pejalan kaki yang menghalangi jalannya.
3. Terlalu banyak kendaraan pribadi. Jalan jalan raya di ibukota terlalu banyak dilintasi oleh kendaraan pribadi. Hal ini yang menyebabkan kemacetan berkepanjangan. Kemacetan telah menutup berbagai akses untuk pejalan kaki.