Saat ini, dua negara yang memiliki pengaruh di Eropa Barat tengah menghadapi krisis yang cukup berat. Krisis yang dihadapi mengguncang stabilitas politik dan ekonomi keduanya.
Pertama adalah Inggris Raya yang menghadapi masalah Brexit. Masalah ini tidak kunjung selesai karena terjadi pertarungan pelik yang mengakibatkan voting ditunda berkali-kali.
Bahkan Perdana Menteri Theresa May, tidak berdaya dalam menyelesaikan Brexit. Ia tidak bisa mengurai masalah ini sehingga banyak waktu, tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan.
Sedangkan Perancis memiliki masalah yang berbeda. Kaum pekerja yang juga disebut'rompi kuning' telah berminggu-minggu mengadakan demonstrasi di berbagai kota.Â
"Rompi kuning" turun ke jalan untuk memrotes kebijakan yang dikeluarkan Presiden Perancis, Emmanuel Macron. Terutama mengenai kenaikan harga bahan bakar.
Demonstrasi 'rompi kuning' menyebabkan inflasi, macetnya roda perekonomian. Selain itu juga menimbulkan kerusuhan dan mengancam stabilitas keamanan warga.
Macron tidak berhasil mengendalikan situasi di negaranya. Akhirnya ia meminta tolong kepada mantan Presiden Perancis sebelumnya yaitu Sarkozy.
Lantas, bagaimana pengaruh krisis di kedua negara tersebut terhadap Timur Tengah?
Boleh dikatakan bahwa krisis di kedua negara Barat tersebut merupakan Blessing in disguese bagi kawasan Timur Tengah. Setidaknya menyurutkan tingkat konflik yang terjadi di wilayah tersebut.
Sebagaimana diketahui, Inggris dan Perancis adalah sekutu terdekat Amerika Serikat dari wilayah Eropa Barat. Mereka juga berkonspirasi untuk menguasai Timur Tengah.
Inggris dan Perancis juga menjadi pemasok senjata untuk Israel dan Arab Saudi. Senjata itu digunakan untuk menggempur Palestina, Suriah dan  Yaman.