Kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tampaknya tidak akan berakhir dengan happy ending. Meski kasus ini tidak ditutup atau dipeti-eskan, tetapi dibelokkan oleh Amerika Serikat dan sekutu terdekatnya Israel. Mereka akan menyelamatkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dari tuduhan.
Indikasi ke arah itu sudah diperlihatkan Amerika Serikat dan Israel dalam beberapa hari terakhir. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu memberi pernyataan bahwa Pangeran Muhammed bin Salman sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Maksud yang sesungguhnya adalah Putra Mahkota Arab Saudi tersebut merupakan kunci eksistensi kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya di wilayah Timur Tengah. Kalau dia ditumbangkan melalui kasus Jamal Khashoggi, rencana mereka bisa berantakan.
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat menegaskan akan menindak keras para pelaku pembunuhan. Sejauh ini Amerika Serikat telah mencekal visa beberapa pejabat Arab Saudi yang dikatakan terlibat dalam pembunuhan. Tetapi tidak pernah ada pernyataan bahwa orang yang memerintahkan pembunuhan akan diusut tuntas.
Mereka tetap pada skenario untuk menjatuhkan hukuman kepada para pelaku pembunuhan yang mengeksekusi Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi Istanbul. Padahal para pelaku tersebut adalah orang-orang suruhan atau orang bayaran, yang mendapat perintah dari level tertinggi.
Meski presiden Turki, Erdogan, telah membagi rekaman pembunuhan kepada Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis dan Rusia, tidak menjamin kasus Jamal Khashoggi bisa dituntut dengan benar. Hal itu mengingat sebagian adalah rekanan Amerika Serikat dan Israel, terutama Inggris dan Perancis.
Mohammed bin Salman dianggap terlalu berharga untuk dibiarkan bertanggung jawab terhadap pembunuhan sang jurnalis. Sebagaimana pernah saya sebutkan dalam tulisan jauh sebelum ini, megaproyek yang diprakarsai oleh putra mahkota merupakan ladang investasi dunia Barat di Timur Tengah.
Selain itu adalah rencana klasik untuk menguasai wilayah Timur Tengah. Mereka masih menghendaki kejatuhan Suriah, Qatar, Yaman, dan Palestina. Karena itu Mohammed bin Salman terkesan 'anteng', tidak takut dan tetap percaya diri.
Beberapa aksinya masih berlanjut. Pelarangan jamaah haji dari Palestina telah dikeluarkan secara resmi. Tentara Arab Saudi masih menggempur Yaman dan menyebabkan jutaan rakyat terancam mati kelaparan. Qatar pun masih diblokade oleh mereka.
Maka agak sulit bagi Turki untuk terus menuntut agar dalang utama pembunuhan Khashoggi diseret ke pengadilan. Kecuali jika negara-negara besar yang menjadi partner Turki mau membantu secara total seperti Jerman dan Rusia. Sedangkan PBB, tidak bisa melangkah lebih jauh.
Namun mengungkap kasus Jamal Khashoggi merupakan obsesi tersendiri bagi Erdogan. Di satu sisi, jurnalis ini merupakan keturunan Turki. Di sisi lain, ada banyak hal yang bisa terbongkar jika mampu menjungkirkan si pemberi perintah dari singgasananya.