Kawasan Tepi laut Tanjung Pinang terbagi tiga bagian. Pertama, Tugu Pensil yang merupakan tempat hiburan paling lawas. Di sini ada taman dan batu-batu pantai tempat anak-anak muda kongkow, Beberapa warung kopi tersedia di sana.
Bagian kedua adalah pelabuhan Tanjung Pinang, tempat datang dan perginya kapal yang menuju pulau Batam. Â Melihat keluar masuknya kapal adalah pemandangan yang cukup menarik. Para penumpang rata-rata membawa barang yang cukup banyak.
Bagian ketiga adalah tepi laut yang baru diperbaharui oleh Pemkot Tanjung Pinang, Â dan menjadi ikon kota ini. Kawasan ini ditata apik untuk menghabiskan senja yang indah. Kalau dahulu pedagang semrawut memenuhi pinggir pantai, maka sekarang mereka berjajar rapi.
Tepi Laut Tanjung Pinang yang dikelola Pemkot merupakan tempat paling favorit untuk semua orang. Mau tahu kenapa? Soalnya di sini kita bisa menyaksikan sunset yang sangat indah. Â Matahari akan bergulir ke Barat, dan arahnya adalah tepat menuju pulau Penyengat yang berseberangan dengan kota Tanjung Pinang.
Saya memilih tempat di kaki tugu dekat meriam peninggalan masa perjuangan. Setelah mencari posisi paling strategis, saya pun duduk manis bersama keponakan menghadap laut lepas dan pulau Penyengat di ujung. Sambil minum kopi, saya menyaksikan sang surya tergelincir.
Nah, mulailah detik-detik sunset berjalan. Mentari berangsur turun ke peraduan dengan meninggalkan bias warna jingga di langit. Sesekali masih tampak kapal melewati depan pulau penyengat hingga berhenti di pelabuhan. Semakin samar ketika sinar sang surya semakin pudar.
Waktu berlalu dengan cepat. Setelah menyaksikan sunset saya pun beranjak dari tepi laut Tanjung Pinang. Motor kami melaju di tengah temaramnya kota Tanjung Pinang. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Saya dan keponakan pulang ke rumah yang teduh di tengah kebun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H