Tabloid Bola, sebenarnya menjadi bagian dari sejarah kehidupan saya. Karena tabloid ini adalah media pertama yang pernah menulis artikel tentang saya. Pada saat itu saya meraih prestasi dalam olahraga bela diri karate. Sayang sekarang Tabloid Bola yang justru akan menjadi sejarah.
Pada waktu saya menjadi mahasiswa di IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) d/h STP (sekolah Tinggi Publisistik) dimana saya mengambil jurusan jurnalistik, karate menjadi hobi saya. Kebetulan di kampus, Iwan Fals membuka dojo (cabang) aliran Wadokai.
Saya yang sejak SMP menyukai karate, tentu saja menjadi tertarik. Meskipun tadinya saya berasal dari perguruan INKAI, saya tidak keberatan bergabung dari awal, yaitu kembali menyandang  sabuk putih. Tetapi dengan mudah saya menyesuaikan diri, karena pada dasarnya setiap gerakan tidak banyak bedanya.
Iwan Fals selaku guru karate atau sempai, melatih saya dengan intensif. Ia menyadari kelebihan saya pada tendangan Mawashi Geri. Kaki saya bisa melayang dengan cepat, hanya beberapa detik menyambar kepala lawan. Karena itulah saya dilatih untuk pertandingan kumite.
Berbeda dengan yang lainnya, saya dan beberapa teman terpilih mendapat latihan khusus di rumah Iwan Fals, selain latihan di kampus. Apalagi jika akan menghadapi pertandingan, maka kami berlatih setiap hari. Saat itu rumah Iwan Fals masih di Condet, Jakarta Timur.
Pertandingan pertama saya adalah berlokasi di Sport Center Ragunan, Jakarta Selatan. Â Kebetulan dalam pertandingan itu saya meraih juara kedua Kumite Perorangan putri kelas 53 kg. Prestasi yang lumayan untuk penampilan perdana di arena kumite.
Rupanya pertandingan itu juga diliput oleh Tabloid Bola. Wartawan yang meliput, juga merupakan mahasiswa atau alumni dari kampus tempat saya kuliah. Pada suatu hari, ketika kami latihan di kampus, dia datang untuk melihat dan mewawancarai kami.
Selang beberapa hari kemudian, kami sudah ada dalam sebuah artikel di tabloid Bola. Wow senangnya. Ada rasa bangga terselip karena dojo kami masuk ke media ternama. Grupnya Kompas, gitu loh. Tahu sendiri, penggemar tabloid Bola sangat banyak.
Karena nama saya tercantum di sana sebagai salah satu atlet yang paling berprestasi, maka teman-teman kuliah yang lain memberi ucapan selamat. Banyak pula yang semula tidak saya kenal, justru mengenal saya gegara saya ada di tabloid Bola.
Dosen yang merangkap pembina mahasiswa dan olahraga, juga memberi ucapan selamat. Dia membanggakan kami kepada yang lain. Soalnya, itulah pertama kalinya kampus membuat prestasi dalam bidang olahraga. Saya mendapat plakat dan piagam penghargaan.
Ternyata, tabloid Bola yang juga tersebar ke daerah lain membuat ada orang yang ingin berkenalan dengan saya. Saya mendapat surat dari beberapa teman di daerah. Mereka juga penggemar karate. Kami pun menjadi sahabat pena. Maklum waktu itu belum ada ponsel.