Inilah bagian ketiga yang saya tulis mengenai jurnalis yang hilang di konsulat Arab Saudi, Istanbul, Turki. Pembunuhan ini menarik karena mengingatkan saya pada cerita atau kisah intelejen yang sering ada di novel atau film.
Salah seorang rekan kompasianer yang memberi komentar tentang artikel saya sebelumnya, mengajukan tentang teori konspirasi. Secara pribadi saya setuju, karena pemikiran saya memang ke arah sana.
Di bagian kedua sudah saya tuliskan tentang siapa Jamal Khashoggi sebenarnya. Dia adalah jurnalis dan kolumnis yang sering mengkritik kebijakan kerajaan Arab Saudi di bawah kepemimpinan putra mahkota kerajaan, Muhammed bin Salman.
Namun berdasarkan fakta yang ada, hilangnya jurnalis ini, adalah hasil konspirasi antara tiga negara, Arab Saudi, Amerika Serikat dan Israel. Mengapa saya yakin demikian?
Berikut ini alasannya:Â
1. Arab Saudi adalah yang paling berkepentingan untuk melenyapkan sang jurnalis. Kritikan Khashoggi membuat telinga putra mahkota menjadi merah. Ia semakin membenci Khashoggi.
Sebagai jurnalis dan pernah menjadi penasihat Duta Arab Saudi di Inggris, Khashoggi tentu mengetahui rahasia rahasia tentang kerajaan yang berusaha ditutup rapat oleh putra mahkota. Terutama rencana dan kebijakan Timur Dekat.
Kebijakan tersebut merupakan kesepakatan antara Arab Saudi, Amerika Serikat dan Israel. Tiga negara ini bahu membahu untuk menguasai wilayah Tengah.
Jadi, jika Khashoggi mengungkapkan semua rahasia itu, maka rencana negara negara zionis itu akan diketahui dunia internasional. Dia dianggap sangat berbahaya dan perlu dibungkam.
2. Sebagaimana yang dilaporkan The Washington Post, dinas intelijen Amerika Serikat (CIA) mengetahui rencana penangkapan Khashoggi. Ini berarti pemerintah Amerika Serikat menyetujui langkah Arab Saudi untuk melenyapkan jurnalis tersebut.
The Washington Post berusaha mengungkap misteri hilangnya Khashoggi karena dia adalah kolumnis media tersebut. Pers, pada umumnya lepas dari kendali pemerintah karena independen. Media ini harus membela jurnalisnya.