Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Target Trump Membunuh Assad

5 September 2018   11:00 Diperbarui: 5 September 2018   11:42 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bashar Al Assad, Presiden Suriah (dok.syriannews)

Kematian Presiden Suriah, Bashar Al Assad menjadi target Pesiden Amerika Serikat, Donald Trump.  Hal ini terungkap dari dokumentasi diskusi harian Gedung putih dimana Trump meminta James Mattis, Sekretaris Pertahanan AS, untuk membuat rencana membunuh Assad.  Dokumentasi ini dibukukan oleh Bob Woodward, jurnalis veteran.

Rencana itu dipertajam setelah serangan senjata kimia di Suriah yang menggemparkan dunia pada bulan April tahun 2017 yang lalu. Trump memang ingin pemerintahan Al Assad segera dijatuhkan agar Amerika Serikat dan sekutu dapat menguasai Suriah.

"Mari kita serbu. Kita bunuh mereka. Kita bunuh dia (Assad)," kata Trump kepada Mattis.

Buku ini telah dipublikasikan oleh The Washington Post. Media ternama di Amerika Serikat ini justru menjabarkan rencana-rencana penting Donald Trump yang terinci di buku tersebut. The Washington Post membuat judulnya secara dramastis "Ketakutan Trump di Gedung Putih" yang menjadi berita penting Selasa kemarin.

Menurut Woodward, Mattis menjanjikan akan segera melaksanakan permintaan Trump, tetapi dengan cepat ia membalikkan arah. Mattis mengatakan bahwa ia tidak akan melakukannya sembarangan. Mattis menekankan bahwa semua tindakan Amerika Serikat harus terukur, dengan perhitungan yang tepat.

Pada tanggal 4 April 2017 serangan gas Sarin menewaskan 87 orang di provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah.  PBB menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan itu. Namun Rusia menentangnya. Ada bukti-bukti bahwa serangan gas itu berasal dari sumber yang lain. Bahkan tidak menutup kemungkinan gas itu berasal dari bom bawah tanah yang diledakkan pihak tertentu.

Idlib menjadi sarang pemberontak yang ingin menjatuhkan pemerintah Suriah. Pemberontak ini mendapat suplai senjata dan dukungan dari Amerika Serikat dan sekutu.  Masih ada sekitar 70000 orang pemberontak yang bertahan di sekitar wilayah itu. Di sisi lain, Rusia yang membela pemerintah Assad menggempur Idlib untuk mengusir para pemberontak.

Secara bertahap, melalui serangan terhadap pemberontak, bahu membahu dengan Rusia, pemerintah Suriah mulai kembali menguasai Idlib. Wilayah yang diklaim oposisi pemberontak sejak tahun 2011 ini akhirnya kembali ke pangkuan pemerintah Suriah. Mereka berhasil memukul mundur para pemberontak.

Namun kegagalan para pemberontak yang menjadi boneka Amerika Serikat memupuskan harapan Donald Trump untuk membunuh Bashar Al Assad. Saat ini, Trump mematangkan rencana bersama sekutu terdekat di Timur Tengah, yaitu Arab Saudi, UEA dan Israel.  Karena sebenarnya target bersama mereka adalah jalur minyak di seluruh kawasan Timur Tengah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun