Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Napak Tilas Kemerdekaan 2018 ke-3 Museum Bersejarah

26 Agustus 2018   20:12 Diperbarui: 26 Agustus 2018   20:20 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan mobil RI 1 (dok pri)

Banyak cara untuk menyelami dan menghayati perjuangan para pahlawan yang mendirikan negara Republik Indonesia ini.  Salah satunya adalah dengan melakukan napak tilas kemerdekaan ke tempat tempat bersejarah yang berkaitan dengan hal itu. 

Sabtu kemarin,  25 Agustus 2018,  kami dari Clickompasiana mengikuti acara napak tilas kemerdekaan 2018 yang digagas komunitas jelajah budaya. Menurut rencana,  napak tilas ini menelusuri tiga museum. 

Museum pertama adalah Museum Kebangkitan Nasional yang terletak di kawasan Senen.  Museum kedua adalah Museum Joang 45 di Menteng Raya.  Museum ketiga adalah MUSEUM Naskah Proklamasi di jalan Imam Bonjol. 

Kami berkumpul dahulu di Tugu Proklamasi,  yang terletak di jalan Proklamasi.  Dahulu jalan ini dikenal dengan Pegangsaan Timur no. 56, tempat Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan kemerdekaan Indonesia.  Karena itu ada patung dua tokoh proklamator tersebut. 

Museum Kebangkitan Nasional 

Museum ini sangat besar dan luas.  Maklum dahulu digunakan sebagai sekolah kedokteran di zaman Belanda yang disebut Stovia.  Di sini tidak hanya terdapat ruang belajar,  tapi juga ruang praktik   alat alat kedokteran dan asrama untuk para mahasiswa. 

Alat penumbuk obat (dok pri)
Alat penumbuk obat (dok pri)
Kita bisa melihat alat alat kedokteran zaman baheula yang sangat asing bagi mata kita.  Bayangkan,  alat untuk penumbuk  obat terbuat dari Kuningan dan tingginya lebih dari satu meter.  Atau kita akan dibuat takjub dengan alat bantu pernafasan yang lebih mirip sepeda. 

Kebanyakan anak anak merasa ngeri dengan ruangan praktik yang ada patung tengkorak.  Bahkan mereka juga takut masuk ruangan itu meski beramai ramai,  mereka saling menakuti satu sama lain. 

Namun museum ini adalah saksi bisu awal pergerakan para pemuda.  Di sini tumbuh organisasi karena kesadaran nasional.  Pertama adalah Boedi Oetomo,  sehingga gedung ini juga disebut gedung Boedi Oetomo. 

Selanjutnya bergabung organisasi pemuda pemuda dari berbagai suku.  Seperti Trikoro Dharmo (Jong Java),  Jong Minahasa,  Jong Ambon dll.  Mereka bersatu sebagai cikal bakal Indonesia. 

Museum Joang 45

Museum ini sangat familier,  karena lokasinya yang strategis,  biasa dilewati penduduk karena berada di jalan Menteng Raya No. 31.  Museum ini sering menjadi pusat kegiatan para aktivis organisasi mahasiswa. 

Dahulu tempat ini merupakan markas berkumpulnya pemuda pemuda pejuang.  Ada Ahmad Soebardjo,  Sukarni, Chaerul Saleh,  Adam Malik   dll.  Bahkan ada satu ruangan yang biasa digunakan oleh Bung Hatta,  lengkap dengan meja kursinya. 

Kelompok Menteng 31 inilah yang 'menculik' atau mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengas Dengklok.  Mereka mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan tanpa perlu minta izin Jepang. 

Saya dan mobil RI 1 (dok pri)
Saya dan mobil RI 1 (dok pri)
Hal yang paling menarik adalah melihat mobil mobil dinas Presiden Soekarno di halaman belakang.  Mobil mobil itu berada dalam ruang kaca,  bisa dilihat dengan jelas tapi tidak bisa disentuh. 

Museum Naskah Proklamasi 

Museum ini terletak di jantung kawasan Menteng,  di sebelah gereja,  tak jauh dari Bappenas dan Taman Suropati.  Dahulu museum ini adalah tempat tinggal Laksamana Maeda Takashi,  perwira dan pejabat Jepang yang mendukung proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. 

Di rumah ini,  Bung Karno dan Bung Hatta melakukan pertemuan dengan Laksamana Maeda untuk membahas proklamasi. Pada tanggal 16 Agustus 1945, mereka berdiskusi dan berbincang tentang saat yang paling baik untuk memproklamirkan kemerdekaan. 

Ruang tempat merumuskan naskah proklamasi (dok pri)
Ruang tempat merumuskan naskah proklamasi (dok pri)
Bung Karno dan Bung Hatta merumuskan isi dan bunyi naskah proklamasi bersama tokoh lainnya. Setelah selesai,  diketik oleh Sayuti Melik yang ditemani BM Diah di ruang kecil di bawah tangga.  Ada replika patung yang menggambarkan adegan adegan saat itu. 

Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini memiliki bunker rahasia.  Sebuah ruangan dengan luas 5x3,  dan tinggi 1,3 meter.  Ruangan ini digunakan Maeda untuk menyimpan dokumen penting kenegaraan.  Saat itu ia masih menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun