Kemenangan Erdogan dan partainya AKP dalam pemilihan umum yang baru lalu, tidak ditanggapi dengan gembira oleh pemimpin pemimpin Negara-negara Barat. Mereka malah mengeluarkan pernyataan yang langsung menyerang Erdogan dan berusaha mendiskreditkan Presiden Turki tersebut. Â Melalui media-media, mereka mengatakan bahwa Pemilu di Turki bukan hasil demokrasi.
Adam Schiff, seorang anggota Kongres Amerika Serikat di California mengecam kemenangan Erdoga melalui cuitan di twitternya. Isinya berbunyi bahwa  Erdogan menang pemilu di Turki karena membinasakan pihak oposisi melalui penangkapan, kekerasan, dan melumat kebebasan Pers. Dia melarang untuk mengucapkan selamat kepada Erdogan.
Tentu saja cuitan itu membuat berang para pendukung Erdogan. Cuitan itu segera dibalas oleh ajudan Ibrahim Kalin. "Presiden Erdogan tentunya tidak membutuhkan ucapan selamat dari kamu@repAdamSchiff. Rakyat Turki telah menentukan suara mereka. Anda harus diam."
Bahkan seorang politikus di Austria, memberikan pernyataan bernada rasisme terhadap orang-orang Turki yang tinggal di negara itu . Johann Gudenus, Wakil Pemimpin Partai Kebebasan Rakyat Sayap kanan, menyerukan dalan siaran persnya, agar ekspatriat Turki meninggalkan negara itu . Menurut dia, semua orang yang memilih Erdogan sebagai Presiden, harus tinggal di Turki daripada di Austria.
Warga Turki yang tinggal di Wina, Austria datang berduyun-duyun ke lokasi pemilihan umum di ruang konferensi. Mereka melambai-lambaikan bendera Turki dalam ukuran kecil. Hasil penghitungan suara di sana, 72% untuk kemenangan Erdogan. Kemenangan tersebut disambut gembira, mereka menyanyikan lagu kebangsaan Turki.
Media-media Barat beramai-ramai menyerang Erdogan. Harian Inggris The Guardian menayangkan artikel berjudul "Erdogan, si Anak Pengganggu, Merupakan Ancaman Bagi Turki dan dunia". Simon Tisdall, penulis artikel tersebut meminta masyarakat Turki untuk menentang Erdogan dan partainya.
Dalam artikel tersebut, Simon menyebutkan peran Turki dalam konflik Timur Tengah. Simon menekankan bahwa Erdogan merupakan ancaman bagi kawasan itu. Â Selain itu, Simon juga mengecam operasi militer Turki yang membasmi sarang teroris PKK di wilayah perbatasan Suriah dan Irak Utara, khususnya pegunungan Qandil.
Bagi Simon Tisdall, Erdogan membahayakan Eropa karena memiliki hubungan yang dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia yakin, dengan terpilihnya Erdogan, maka hubungan Turki dan Eropa semakin memburuk. Â
Selain media Inggris, media media Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Australia mengeluarkan tulisan-tulisan yang senada. Pada intinya mereka berusaha memprovokasi masyarakat Turki dan masyarakat internasional agar membenci dan menentang Erdogan. Keterlibatan media-media Barat ini sudah ada sebelum pemilu berlangsung.
Keterlibatan intelejen Barat dalam menciptakan instabilitas di Turki sangat tinggi. Tiga orang agen Barat telah berhasil ditangkap. Mereka termasuk orang-orang yang mengaku melakukan pemantauan pemilu di Turki atas nama organisasi atau negara. Di antaranya berkebangsaan Perancis dan Jerman.Â
Namun gerak mereka belum berhenti sampai sekarang. Mereka tetap mendukung organisasi teroris PKK untuk melakukan serangkaian teror. Dua hari yang lalu, seorang warga di Dogubeyazit dieksekusi teroris. Ia diikat dan ditembak. Kasus ini menggemparkan masyarakat dan membuat Erdogan menjadi marah.