Ada pembelajaran penting yang bisa diambil negara-negara Timur Tengah dari hasil pertemuan dua pemimpin Korea seminggu yang lalu.  Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un telah mencapai kesepakatan perdamaian antara dua negara. Duo Korea  yang dikenal kontradiktif ini akhirnya berjabat tangan.
Korea Selatan kita kenal sebagai negara yang cenderung menganut paham liberalis dengan kehidupan yang mirip dunia Barat. Apalagi negara ini tidak jelas ideologinya, kebanyakan penduduknya adalah atheis. Â Negeri ginseng itu menjalin hubungan yang harmonis dengan Amerika Serikat dan sekutunya.
Sedangkan Korea Utara adalah negara yang penuh dengan kontroversial. Baik soal kepemimpinan presidennya, Kim Jong Un yang eksentrik, maupun kebijakan-kebijakannya mengenai percobaan senjata nuklir. Korea Utara sering mendapatkan peringatan dari Amerika Serikat, tetapi Kim Jong Un lebih sering mengabaikannya.
Pertemuan dua pemimpin Korea tersebut agak mengejutkan dan mengherankan dunia internasional. Tidak ada yang menyangka bahwa Kim Jong Un mau datang ke Korea Selatan untuk membicarakan masalah kedua negara. Ini adalah pertama kalinya dilakukan Presiden Korea Utara semenjak gencatan senjata antara dua negara pada tahun 1953.
Sampai saat ini memang tidak ada yang tahu persis apa hasil pembicaraan Moon Jae-in dan Kim Jong Un. Mereka tidak memberi keterangan apapun kepada umum. Namun diperkirakan mereka membicarakan masa depan kedua negara, dan bagaimana posisi mereka dalam percaturan politik internasional.
Meski demikian banyak orang menduga bahwa sikap Kim Jong Un melunak karena tekanan Amerika Serikat. KIm Jong Un agaknya was-was juga jika akhirnya Korea Utara digempur gerombolan Amerika Serikat karena nasib negara itu biasa seperti negara-negara Timur Tengah. Apalagi Korea Utara tidak memiliki pendukung negara lain.
Terlepas dari hal itu, beberapa hal positif  yang bisa diambil sebagai pembelajaran bagi Timur Tengah adalah:
1. Melupakan perbedaan dua negara, dengan menyatukan kepentingan yang sama. Korea Selatan dan Korea Utara memiliki perbedaan yang menyolok, nyaris seperti langit dan bumi. Dari pandangan politik pemimpin kedua negara hingga  keadaan sosial ekonomi.  Tetapi semua itu bisa disingkirkan demi kepentingan masa depan yang lebih baik.
Bagaimana pun Kim Jong Un menyadari bahwa jika ia ingin memajukan negaranya, maka ia harus belajar dari Korea Selatan. Sebagai negara tetangga terdekat, maka Korea Selatan adalah contoh yang paling sesuai. Korea Utara tidak akan menjadi negara maju jika sistem perekonomiannya tidak diubah. Â Korea Utara harus membuka diri untuk perdagangan bilateral agar mendapatkan pemasukan yang dibutuhkan.
2. Kim Jong Un melepas ego pribadinya sebagai pemimpin. Â Ia tahu bila menjalin hubungan yang akrab dengan Korea Selatan, maka Korea Utara relatif lebih aman dari incaran Amerika Serikat. Karena itu ia berani mengalah demi keselamatan bangsa dan negaranya. dalam skala politik internasional yang sedang panas, Amerika Serikat bisa saja 'iseng' menyerang Korea Utara dengan dalih mengamankan Korea Selatan.
Apabila hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan harmonis, maka apa pun yang dilakukan Kim Jong Un dengan kebijakan-kebijakannya, tidak akan diusik oleh Amerika Serikat, selama dia tidak mengganggu Korea Selatan. Bahkan jika Korea Utara bisa bekerjasama dengan Korea Selatan, maka  Moon Jae-in akan menjadi pembela terbaik bagi Kim Jong Un.