64 Tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 26 Februari 1954, seorang pemimpin dilahirkan. Dia adalah Recep Tayyip Erdogan, yang sekarang menjadi Presiden Turki. Dia adalah salah satu pemimpin muslim terbesar abad ini, menjadi salah satu pemimpin tingkat dunia yang sangat disegani. Dia yang tak pernah gentar menghadapi tantangan apa pun.
Namun pada tahun 1998, Erdogan dan ditangkap hanya gara-gara menulis sebuah puisi dari sudut pandang religius terhadap pidato pemerintah saat itu. Ia dipenjarakan selama empat bulan. Erdogan tidak mau lagi aktif dalam partai islam dan ikut membentuk AK Parti (Partai Keadilan dan Pembangunan) pada tahun 2001.
AKP berkembang pesat menjadi partai yang digandrungi masyarakat. Menang telak pada tahun 2002, AKP membawa para pendirinya menjadi pemegang tampuk kekuasaan. Abdullah Gul dari AKP menjadi Perdana Menteri. Ia kemudian mencabut peraturan yang melarang Erdogan terjun ke politik. Dan di tahun 2003, jabatan Perdana Menteri beralih ke Recep Tayyip Erdogan.
Ketika menjadi Perdana Menteri inilah Erdogan mulai mengeluarkan kebijakan-kebijakan kontroversial. Turki sebelumnya dikenal sebagai negara sekuler, bukan negara islam. Sehingga tindakan pemerintah nyaris tidak pernah pro kepada masyarakat muslim. Militer Turki adalah penganut Ataturk yang fanatik. Begitu pula partai oposisi CHP yang beraliran sekuler.
Pada masa itu perempuan masih dilarang mengenakan jilbab atau kerudung, terutama di instansi milik pemerintah. Mahasiswa perempuan yang belajar di Universitas Negeri dan ingin menutup rambutnya, harus mengakali dengan menggunakan rambut palsu. Bahkan di dalam gedung AKP sendiri, tadinya juga dilarang menggunakan jilbab.
Namun perlahan tapi pasti, Erdogan membalikkan semuanya. Memang ada pergesekan pro dan kontra dari berbagai elemen. Istri Erdogan pun tak luput dari sasaran. Ia diolok-olok tentara ketika pertama kali mengikuti suaminya meninjau barak militer. Erdogan mampu mengatasinya dengan baik.Â
Perekonomian melesat drastis di tangan dingin Erdogan. Semula Turki masih terseok-seok untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Dari posisi sebagai negara berkembang (negara ketiga) hingga sekarang dikategorikan sebagai negara maju. Karena itulah semakin banyak rakyat Turki yang mendukung Erdogan. Meski lawan-lawannya berusaha menjatuhkan dengan segala cara, puncaknya pada kudeta 2016, Erdogan tetap bertahan.
Media-media Barat menggambarkan Erdogan sebagai seorang diktator baru, menjalankan pemerintahannya secara otriter. Memang ada benarnya, tetapi negara yang dikelilingi wilayah konflik dan berada di sebelah Eropa Barat sangat membutuhkan pemimpin seperti Erdogan. Selama lebihd ari satu abad dunia muslim mendambakan kehadiran sosok pemimpin seperti Erdogan sebagai lambang perlawanan terhadap hegemoni negara-negara Barat.
Suami, ayah dan kakek yang baik
Dalam keluarga, Erdogan bersikap sebagaimana laki-laki Turki lainnya. Ia sangat menyayangi keluarganya. Kehidupan rumah tangganya dengan Emine, tampak sangat harmonis. Erdogan sering mengajak istrinya menghadiri acara-acara kenegaraan, ataupun acara-acara informal. Â Emine memang bukan wanita karir, tetapi adalah wanita yang mengerti masalah politik.