Pertempuran di Afrin antara pasukan Turki melawan  teroris YPG dan PKK masih berlangsung di Afrin. Sebuah rudal yang dilepaskan teroris berhasil menghantam tank Turki dan mengakibatkan beberapa orang tentara tewas.  Meski Turki telah berhasil membebaskan sebagian besar wilayah Afrin dari penguasaan teroris, mereka masih gencar melancarkan serangan dengan berbagai cara.
Kelompok teroris YPG sadar bahwa mereka tidak akan bisa menandingi kekuatan dan ketangguhan pasukan Turki. Meski mereka mendapat pasokan senjata dari Amerika Serikat, tetapi dalam jumlah dan keahlian, mereka kalah jauh dari tentara Turki. Karena itulah mereka menggunakan berbagai taktik licik yang dapat menjatuhkan kredibilitas pasukan Turki.
Selain serangan secara frontal, mereka menjalankan taktik yang seharusnya tidak boleh dilaksanakan secara etika militer. Namun mereka nekad melakukannya agar dapat mengalahkan pasukan Turki. Cara-cara licik yang digabung dengan propaganda melalui media massa yang mendukung mereka.
Beberapa taktik licik tersebut antara lain:
1. Merekrut anak-anak perempuan yang baru berusia 12 hingga 16 tahun untuk dijadikan tentara. Mereka dilatih dan dipersenjatai secara lengkap. Anak-anak itu membawa senapan, sangkur dan juga granat. Padahal berdasakan ketentuan Hak Asasi Manusia dan peraturan  militer internasional, anak-anak seharusnya tidak boleh dijadikan tentara.
Untuk menambah jumlah pasukan, teroris YPG juga menculik anak-anak dan dipaksa menjadi tentara tanpa sepengetahuan orang tuanya. JIka anak-anak tersebut menolak, maka mereka akan mengalami kekerasan. Tidak ada jalan lain bagi anak-anak dan remaja yang diculik untuk mematuhi perintah komandan teroris.
Salah satu tujuan dengan perekrutan anak-anak dan remaja menjadi tentara, bukan hanya menambah jumlah pasukan. Tujuan utamanya adalah, jika anak-anak tersebut tewas ketika melawan tentara Turki, maka mereka akan memberitakannya melalui media massa bahwa pasukan Turki membunuh perempuan dan anak-anak. Dengan demikian Turki akan mendapat kecaman dari seluruh dunia.
Sebagaimana dengan pemanfaatan anak-anak dan remaja sebagai tentara teroris, memakai pakaian sipil juga mengandung tujuan untuk propaganda. Jika pasukan Turki menembaki mereka, maka mereka akan memberitakan bahwa Turki telah membantai masyarakat sipil tanpa kecuali. Akibatnya maka dunia internasional akan membenci Turki.
Sebagian terowongan itu menembus perbatasan dan memasuki wilayah teritorial Turki. Malah ada yang terbuat dari beton dan rangka baja. Terowongan yang memasuki Turki merupakan jalur penyelundupan senjata dari teroris YPG/PYD untuk memasok teroris PKK yang merongrong pemerintah Turki.
Donatur senjata-senjata itu adalah Amerika Serikat yang berusaha keras memecah belah Turki. Salah satu rencana Amerika Serikat untuk menguasai Turki adalah membagi Turki dengan negara-negara sekutunya. Karena itulah operasi "Olive Branch" ini menjadi sangat penting agar dapat mematahkan rencana tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H