Ahed Tamimi, gadis Palestina berusia 16 tahun yang ditahan tentara Israel sekitar dua minggu lalu. Pemberitaan mengenai dirinya menjadi viral karena keberaniannya turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan menentang kependudukan Israel. Oragnisasi-organisasi kemanusian di seluruh dunia menuntut agar Ahed Tamimi dibebaskan. Kemarin, Di Amerika Serikat, ratusan orang berdemonstrasi di New York agar Israel segera membebaskan gadis itu.
Siapakah gadis Palestina yang pemberani ini? Ahed Tamimi, gadis berambut pirang dan bermata biru ini berasal dari  desa yang dikenal sebagai kelahiran Nabi Saleh, di Tepi Barat.  Penduduk di desa itu memang dikenal sebagai orang-orang yang tak takut melakukan perlawanan terhadap kaum zionis Israel meski harus berhadapan dengan moncong senjata.
Ahed Tamimi sudah melakukan perlawanan selama beberapa tahun, sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Ia sering  mengecam perlakuan mereka terhadap rakyat Palestina. Dengan kecerdasannya, Ahed Tamimi menggunakan ponsel pintar yang dimilkinya untuk merekam kekejaman tentara Israel, terutama di desa tempat tinggalnya.  Apa yang dilakukan  Ahed Tamimi mendapat dukungan penuh dari keluarganya.
Gadis itu juga merekam pembangkangannya terhadap tentara Israel. Dengan ponsel itu, ia menyebarkan segala peristiwa yang dilihat dan dialaminya ke seluruh dunia. Banyak fakta yang terungkap, yang selama ini selalu ditutupi oleh pihak Amerika Serikat dan Israel melalui media massa yang dikendalikan mereka.
Ahed Tamimi menjadi simbol perlawanan generasi Z Palestina yang menentang penindasan kaum zionis Israel. Mereka tidak mau berdiam diri. Mereka juga tidak sekedar melawan dengan tenaga dan persenjataan. Generasi ini mulai menggunakan kecanggihan teknologi dan internet untuk memberitakan kejadian sesungguhnya yang mereka alami di Palestina.
Hal ini didorong oleh kekejaman tentara Israel yang tidak segan-segan melakukan pembantaian terhadap anak-anak. Sejak tahun 2015, tentara Israel membunuh anak-anak dengan eksekusi dan tembakan senjata dengan darah dingin. Mereka sama sekali tidak peduli pada usia anak-anak yang masih di bawah umur, bahkan banyak balita yang menjadi korban.
Pasukan Israel melakukan intimidasi secara sistematis. Mereka sering menyerbu pemukiman rakyat Palestina di saat tengah malam atau dini hari ketika penduduk masih tertidur. Tentara-tentara tersebut menggunakan topeng untuk menutupi wajah mereka. Ahed Tamimi juga menyaksikan bagaimana ayahnya, Bassem Tamimi ditangkap tentara Israel pada tengah malam.
Sekarang, generasi Z Palestina ini sangat marah dengan pengakuan Amerika Serikat yang menyatakan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Mereka menjadi generasi intifada yang siap berkorban jiwa dan raga untuk mempertahankan tanah airnya. Pada suatu saat, generasi inilah yang akan menajdi kekuatan baru untuk Palestina.
Israel boleh saja berbangga dengan mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukotanya yang baru. Dan semakin hari, mereka memastikan hal itu dengan dukungan Amerika Serikat yang memaksa negara-negara lain mengakuinya. Namun ini menjadi penyulut yang efektif bagi terciptanya generasi z Palestina sebagai generasi intifada yang kuat dan cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H