Arab Saudi dan UEA memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap langkah-langkah yang ditempuh Erdogan dengan menyerang Presiden Turki tersebut melalui media massa. Serangan masif dari media-media tersebut tampak tidak seperti biasanya. Terutama media-media di Arab Saudi yang sepenuhnya dikendalikan kediktatoran kerajaan.
Serangan gencar sengaja ditujukan kepada Erdogan terkait kebijakannya dalam membela Palestina. Meski media-media itu juga menyerang Iran yang mendukung Turki dalam persoalan Yerusalem Timur, tetapi Erdogan dianggap paling berbahaya. Â Turki adalah negara yang berdiri paling depan untuk mendukung Yerusalem Timur sebagai ibukota Palestina.Â
Hal itu juga diakui oleh Sekretaris Jenderal Institut Studi Strategis Turki-Arab di Turki, Badr Al Din Habib Oglu pada sebuah wawacanra dengan Quds Press. Ia mengatakan bahwa masalah Yerusalem telah memengaruhi sebagian besar rezim Arab yang berdiam di sekitar teluk, khususnya Arab Saudi. Â Tindakan Turki bisa membahayakan posisi mereka.
"Serangan dari media-media massa tersebut memperjelas bahwa Arab Saudi dan UEA memang terlibat dalam rencana Amerika Serikat dan Israel untuk menguasai Yerusalem Timur," kata Badr.
Menurut Badr Al Din Habib Oglu, terlihat indikasi grand strategy yang bertujuan meniadakan Palestina dan menjual Yerusalem kepada Israel. Pengambil-alihan paksa Yerusalem Timur adalah sebagai imbalan atas dukungan kepemimpinan  Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman dan juga perencanaan untuk memetakan wilayah baru bagi konspirasi mereka.
Media-media Arab Saudi dan UEA berusaha menyudutkan Erdogan dan memarginalkan Turki dari dunia Islam. Ini merupakan strategi dari Arab Saudi, Israel dan Amerika Serikat. Mereka sangat geram karena penolakan Turki telah mengakibatkan demonstrasi berjalan terus menerus di jalan-jalan, di Palestina, Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya.
Padahal tindakan Erdogan lebih banyak menekan Amerika Serikat dan Israel. Turki lebih fokus melawan dua negara zionis dan teroris tersebut. Namun sebagai sekutu dan teman konspirasi, tampaknya Arab Saudi tak mau tinggal diam dan mengerahkan media-media massa untuk menyerang Presiden Turki semenjak selesainya KTT OKI>
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Hubungan Internasional dan Pembangunan Jenewa, Anouar Gharbi menilai bahwa serangan media-media  Arab Saudi menyerupai kampanye yang dilakukan media massa Israel terhadap Erdogan. Kampanye ini telah mengabaikan kepentingan masyarakat Arab Saudi karena media-media itu hanya berisi kecaman terhadap Erdogan.
Gharbi menyarankan sebaiknya para politisi Arab Saudi segera menghentikan kampanye serangan terhadap Erdogan karena hal ini justru membawa kemunduran bagi kerajaan tersebut. Ia mengumpamakan bahwa kerajaan Arab Saudi dapat terjerumus ke dalam rawa-rawa.
"Arab Saudi berada di persimpangan jalan yang berbahaya," tegas Gharbi.  Jalan yang dipilih Arab Saudi  justru berlawanan dengan keinginan masyarakat yang menginginkan tegaknya keadilan, martabat dan kebebasan negara-negara teluk. Dan langkah Arab Saudi akan menyulitkan kerajaan itu di masa depan.
Saat ini, sejumlah wartawan PBB sedang mengerjakan berkas pelanggaran hak asasi di dalam negeri dan permintaan yang mempertanyakan kemampuan orang Saudi untuk melindungi tempat-tempat suci. Selain itu juga mempertimbangkan petisi yang meminta pejabat Saudi dengan dugaan kejahatan perang di Yaman, serangan pada bulan September, file korupsi dan klaim membekukan deposit di luar negeri.