Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Turki Berani Mengusir Dubes AS, Bagaimana Dengan Indonesia?

28 Oktober 2017   18:29 Diperbarui: 28 Oktober 2017   18:37 4024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Turki, Erdogan (dok.AK Parti)

Sikap Indonesia terhadap insiden pelarangan Jenderal Gatot Nurmantyo ke Amerika Serikat terkesan banci. Apalagi setelah ada pernyataan maaf dari negeri Paman Sam tersebut, seakan-akan masalah itu sudah selesai. Pemerintah Indonesia tidak menindaklanjuti persoalan tersebut lebih jauh. Dalam beberapa hari saja, tidak ada lagi pembicaraan mengenai hal itu.

Padahal, sebagai pejabat pemerintah, penolakan kedatangan Gatot Nurmantyo  ke suatu negara adalah suatu penghinaan serius. Indonesia negara yang berdaulat, selayaknya  menunjukkan ketegasan terhadap negara yang melecehkannya. Tidak perlu sampai frontal seperti BUng Karno yang menantang AS dengan lantangnya "Go to hell with your aid". Namun bisa berupa sanksi yang lain.

Kira-kira dua minggu yang lalu, Turki telah mengusir Duta Besar AS. Tindakan tegas yang dilakukan Erdogan, karena Kedutaan Besar dan konsulat AS di Turki telah  menghentikan layanan visa bagi orang-orang Turki yang hendak berkunjung ke AS.  Pemerintah Turki menduga, bahwa kebijakan Dubes AS John Bass bukan kebijakannya sendiri, melainkan disetujui oleh pemerintah pusat AS.

Secara logika, jika Dubes tersebut mengambil keputusan sendiri tanpa sepengetahuan pemerintah pusat, maka pemerintah pusat akan memanggil sang Dubes untuk dimintai keterangan atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tetapi pemerintah pusat AS yang dipimpin Donald Trump, sama sekali tidak melakukannya.

Hal itu jelas menunjukkan bahwa pemerintah AS tidak membolehkan  warga Turki  datang ke AS. Bagi pemerintah Turki yang berada di bawah kepemimpinan Erdogan, penghentian visa tersebut merupakan penghinaan terhadap Turki. Dan ini memicu panasnya hubungan diplomatik antara kedua negara.

John Bass kemudian mengundurkan diri menjadi Dubes AS di Turki. Namun ia tidak bisa pamit secara baik-baik kepada pemerintah Turki. Erdogan tidak mau menerima perpisahan dari John Bass. Bahkan Erdogan melarang semua menteri menemui John Bass yang ingin pamit sebelum kembali ke negaranya.

Hubungan AS - Turki yang meruncing tidak merisaukan Erdogan. Ia sudah muak dengan sikap Amerika Serikat. Fakta-fakta memperlihatkan apa yang dilakukan AS telah melanggar aliansi kedua negara. Dalam masalah pemberantasan teroris, AS justru mendukung gerakan PKK dan Gulenist (FETO) yang bertujuan menggulingkan pemerintahan yang sah.

Mengapa Indonesia Diam Ketika Dihina AS?  

Apakah Indonesia bisa setegas Turki? inilah masalahnya, Indonesia sulit untuk melakukan tindakan yang dramatis seperti Turki. Indonesia bukan Turki. Ada hal-hal yang membuat Indonesia terpaksa 'tunduk' terhadap AS.

Pertama, Turki adalah negara Islam terkuat saat ini. Militer Turki yang tangguh, mampu meredam berbagai aksi terorisme yang merongrong pemerintah Turki dan negara-negara tetangga. Pasukan militer Turki dilengkapi dengan senjata-senjata canggih yang berhasil diproduksi di dalam negeri. Kekuatan militer Turki juga diperbantukan kepada negara lain yang sedang mengalami kesulitan atau konflik. 

Dalam hal militer, Indonesia tidak lemah. Kemampuan TNI melebihi pasukan Australia dan Amerika Serikat. Namun sayang tidak dilengkapi dengan persenjataan yang memadai. Kebanyakan alutsista yang dimiliki TNI masih 'jadul'. Bahkan tidak cukup untuk menjaga negeri yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun