Fikri Isik, Wakil Perdana Menteri Turki telah tiba di Aceh, Jumat kemarin. Kunjungan ini sudah mendapat restu dari Presiden Jokowi. Fikri Isik tiba di bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang sekitar pukul 11 WIB. Turut bersama Fikri Isik, sejumlah pengusaha dari Turki yang tertarik untuk melakukan investasi di Aceh.
Sebenarnya, kedatangan Wakil Perdana Menteri adalah dalam rangka kunjungan balasan terhadap Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, pada rangkaian acara Festifal Kopi Internasional yang berlangsung di Istanbul bulan lalu. Pada saat itu, terjalin hubungan silaturahmi dan kesepakatan bisnis antara Aceh dengan Turki.
Meski telah ada penandatangan MOU di Istanbul mengenai investasi Turki untuk eksplorasi Geothermal Aceh dan ekspor kopi Gayo Aceh, bukan berarti kerjasama itu telah selesai. Namun masih dilanjutkan dengan kesepakatan bisnis lainnya. Karena itulah para pengusaha Turki ikut dalam rombongan Wakil Perdana Menteri Turki ke Aceh.
Gubernur Aceh menyambut langsung Fikri Isik. Mereka kemudian shalat Jumat berjamaah di Masjid raya Aceh, Baiturrahman. Masyarakat Aceh menyambut gembira Wakil Perdana Menteri Turki tersebut. Â Dalam kesempatan itu, Fikri Isik menyampaikan sambutannya di hadapan para jamaah. Ia juga menyampaikan salam dari Presiden Turki, Erdogan kepada masyarakat Aceh.
Euforia Nostalgia
Sebagaimana pernah saya tuliskan, ada ikatan 'batin' antara Aceh dengan kesultanan Turki. Â Fikri Isik menyinggung hal tersebut sehingga jamaah menyambutnya dengan takbir. Â Kisah nostalgia tersebut disampaikan Fikri isik dalam bahasa Turki yang langsung diterjemahkan oleh interpreter. Â Pada masa pra kemerdekaan, Turki membantu para pejuang Aceh melalui konsulat yang ada di Batavia.Â
"Insya Allah kami akan mengikuti jejak kakek kami yang membantu Aceh," kata Fikri Isik.
Hubungan antara Aceh dan Kesultanan Ottoman telah dimulai sejak abad 15. Kesultanan Ottoman membantu rakyat Aceh untuk berusaha mengusir penjajah dari Portugis. Armada perang dan persenjataan dikirimkan langsung ke Aceh. Bahkan Sultan Aceh merekrut 300 tentara Turki untuk memperkuat pasukan Aceh.
Kesultanan Aceh memang kerajaan yang pertama kali mengakui kekuasaan dinasti Utsmaniyah yang memimpin Kesultanan Ottoman. Sultan Aceh mengirimkan surat pertanda pengakuan Aceh bahwa Ottoman adalah khalifah seluruh kaum muslimin di dunia. Karena itulah Aceh mendapat perhatian dari kesultanan Ottoman.
Hubungan Aceh dan Turki bukanlah masalah dalam ketata-negaraan RI sebagai negara persatuan dan kesatuan. Hal ini menjadi bagian dari otonomi daerah yang menjadi kebijakan pemerintah pusat RI. Aceh menjadi provinsi yang mandiri, tidak tergantung oleh pusat, terutama dalam bidang ekonomi. Hal yang sama juga dilakukan oleh provinsi lainnya seperti DI Jogjakarta.
Karena itu, perlu pemahaman yang bijaksana dalam menyikapi kedekatan Aceh dengan Turki. Dalam gonjang-ganjing politik, akan ada saja kelompok yang berusaha memanipulasi hubungan itu untuk menggoyahkan stabilitas NKRI. Daerah Istimewa Aceh akan tetap menjadi bagian dari NKRI.
