Permasalahan Rohingya yang teraniaya, telah menjadi perhatian utama bangsa Indonesia. Genosida yang sedang berlangsung tidak bisa dibiarkan terus menerus. Terlalu banyak korban yang jatuh, hingga ribuan orang. Tak heran jika masyarakat Indonesia, yang sebagian besar berpenduduk muslim, mendesak pemerintah untuk bertindak tegas. Pagi ini pun (Minggu 3 September 2017) ada demo di bundaran HI Â yang menyuarakan keprihatian terhadap nasib Rohingya.
Saking gemasnya, banyak orang yang menuduh Pemerintah lamban dan tidak tegas. Â Bahkan ada yang menghendaki untuk mengirim pasukan jihad untuk melawan militer Myanmar dan milisi Budha. Mereka tidak mengerti bahwa untuk menolong bangsa lain, harus ada 'prosedur' Â yang dilewati. Â Kalau tidak, kita dianggap invasi ke negara lain.
Perlu diketahui, pemerintah telah mengambil tindakan. Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi meluncurkan program  bernama Humanitarian Assistence for Sustainable Community (HASCO) di gedung Pancasila, Kamis, 31 Agustus yang lalu. Program ini diprakarsai oleh AKIM (Aliansi Kemanusiaan Indonesia Untuk Myanmar).Â
Program ini bertujuan memberikan bantuan kepada rakyat Myanmar, khususnya di Rakhine dalam bidang peningkatan kapasitas, pengiriman tenaga ahli, livelihood, Â dan pemulihan. Bantuan berupa dana sebesar 2 juta USD tersebut didapat dari donasi masyarakat Indonesia yang terkumpul melalui lembaga AKIM.
Selain itu, Menteri Retno LP Marsudi juga telah menghubungi pihak-pihak terkait. Antara lain, Sekjen PBB, Antonio Gutteres, Kofi Annan (Chairman of Annan Advisorry Commision/mantan sekjen PBB), Menteri Luar Negeri Bangladesh, Abul Hassan MA, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, dan National Security Advisor of Myanmar, U Thaung Tun. Â
Indonesia terus mendesak kepada pemerintah Myanmar untuk  mengembalikan stabilitas keamanan, self restrain dan menghentikan kekerasan, melindungi semua warga negara tanpa kecuali dan memberikan akses bantuan kemanusiaan. Ada 11 organisasi yang mendukung program bantuan pada Rohingya, yaitu NU, Muhammadiyah, PKPU, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid, Laziz Wahdah, LMMI, ACT, Laziz Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Social Trust Funding Syarif Hidayatullah Jakarta.
Meski begitu, dalam menyelesaikan masalah Rohingya, Indonesia tidak bisa sendirian. Negara yang paling tepat untuk menjadi partner dalam mengatasi Rohingya adalah Turki. Â Indonesia harus bergandeng tangan dengan Turki, bahu membahu agar persoalan Rohingya dapat dituntaskan, tanpa kuatir timbul kembali.
Posisi Indonesia dan potensinya
Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah pimpinan negara ASEAN. Karena itu, apa yang terjadi di negara-negara anggota ASEAN juga menjadi urusan Indonesia. Sesungguhnyalah Indonesia memiliki hak dan kewajiban membantu negara-negara ASEAN yang mengalami kesulitan. Hal ini tidak bertentangan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Sebagai pemimpin ASEAN. Indonesia telah memberi peringatan kepada pemerintah Myanmar, di samping mengirimkan bantuan. Langkah-langkah diplomasi, nir kekerasan dikedepankan karena kita mengajarkan perdamaian. Dalam waktu dekat ini, menurut rencana, Menlu Retno juga akan mendatangi pemerintah Myanmar.
Jika langkah-langkah tersebut belum membuahkan hasil, maka Indonesia harus mengambil tindakan yang lebih tegas. Pertama, dengan membawa masalah ini ke sidang-sidang internasional, baik itu sidang PBB atau Mahkamah Internasional. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, juga bisa mendesak negara-negara Islam untuk menyelamatkan Rohingya.Â
Indonesia juga bisa menyerukan  untuk melakukan boikot terhadap Myanmar. Tindakan yang paling drastis (yang diharapkan banyak orang Indonesia) adalah mengusir duta besar Myanmar dari Indonesia, dan memutuskan hubungan diplomatik. Tetapi hal ini masih dihindari oleh Indonesia.
Apakah Indonesia akan berhasil? Untuk itu, maka Turki harus dihadirkan. Kita harus menyadari bahwa Indonesia tidak cukup kuat melakukan semua itu. Indonesia masih dianggap remeh di mata masyarakat internasional, khususnya negara-negara Barat dan adi daya.
Posisi Turki dan potensinya
Harus diakui, Turki menjadi negara Islam terkuat saat ini. Dengan kepemimpinan Erdogan, Turki menjadi salah satu negara maju dan memiliki posisi strategis dalam kancah perpolitikan dunia. Dengan letak wilayah Turki yang diapit Eropa dan Asia, maka Turki menjadi krusial bagi negara-negara Barat dan adi daya. Kalau Turki tidak memiliki kepemimpianan yang kuat, akan mudah tergilas, dikendalikan oleh AS dan kroninya.
Sebagai Presiden Turki, Erdogan telah memainkan perannya secara apik. Ia seolah tidak bermusuhan dengan AS dan sekutunya. Di sisi lain, ia harus melindungi negara-negara tetangga yang sedang dilanda konflik. Bahkan Turki juga berusaha membantu Palestina dari cengkeraman Israel. Â Sikapnya yang tidak mau manut pada negara-negara Barat, bisa dilihat dari kebijakannya terhadap Jerman.
Dalam persoalan Qatar, Turki telah turun tangan. Turki menjadi mediator paling berpengaruh untuk membantu Qatar menghadapi tekanan Arab Saudi. Ini bukan tanpa modal, hubungan bilateral antara Turki dengan negara-negara Timur Tengah lainnya cukup baik. Terutama dalam bidang perniagaan. Selain itu, Turki juga memiliki armada militer yang sangat kuat.
Sedangkan dalam tragedi Rohingya, Turki adalah negara pertama, di luar ASEAN yang mengulurkan bantuan secepatnya kepada muslim Rohingya.  Tak kurang dari  70 juta USD telah dikucurkan oleh Turki. Tekad Turki membantu Rohingya tidak berhenti sampai di situ. Dalam pidato Idul Adha Jumat lalu, Menlu Mevlut Cavusoglu menegaskan kembali bahwa Turki akan membawa masalah Rohingya ke sidang PBB pada tanggal 19 September Mendatang di New York, AS.
Partnership Indonesia dan Turki
Kerjasama dan bergandeng tangan antara Indonesia dan Turki merupakan hal yang paling tepat dan strategis. Ibaratnya, menyatukan dua kekuatan yang saling melengkapi hingga menjadi satu gerakan yang tak terbendung. Turki sebagai negara Islam terkuat dari pengaruh, militer dan ekonomi, serta Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar dan pimpinan ASEAN.
Indonesia berperan dalam segi diplomasi langsung kepada pemerintah Myanmar, sementara Turki dari segi bantuan kemanusian yang mencakup logistik dan pendanaan. Â Erdogan telah menjanjikan akan membiayai pengeluaran untuk pemulihan pemukiman muslim Rohingya. Turki juga bisa mendorong negara-negara Islam lainnya untuk memberi bantuan.
Namun Turki dan Indonesia bisa bersama-sama mendesak masyarakat internasional untuk mengambil keputusan tegas terkait Rohingya. Jika Turki akan membicarakannya di sidang PBB, begitu pula Indonesia, harus menyuarakan sikapnya  dalam sidang tersebut. Indonesia dan Turki harus mendesak PBB untuk mengambil langkah kongkrit menyelamatkan Rohingya dari penindasan. Â
Indonesia dan Turki harus terus menerus, secara intens membawa permasalahan Rohingya dalam forum-forum internasional. Hingga suatu saat, ada titik temu yang betul-betul dapat membantu Rohingya tinggal secara aman di tanah airnya sendiri. Mudah-mudahan semua hal ini bisa diwujudkan oleh kedua negara. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H