Indonesia juga bisa menyerukan  untuk melakukan boikot terhadap Myanmar. Tindakan yang paling drastis (yang diharapkan banyak orang Indonesia) adalah mengusir duta besar Myanmar dari Indonesia, dan memutuskan hubungan diplomatik. Tetapi hal ini masih dihindari oleh Indonesia.
Apakah Indonesia akan berhasil? Untuk itu, maka Turki harus dihadirkan. Kita harus menyadari bahwa Indonesia tidak cukup kuat melakukan semua itu. Indonesia masih dianggap remeh di mata masyarakat internasional, khususnya negara-negara Barat dan adi daya.
Posisi Turki dan potensinya
Harus diakui, Turki menjadi negara Islam terkuat saat ini. Dengan kepemimpinan Erdogan, Turki menjadi salah satu negara maju dan memiliki posisi strategis dalam kancah perpolitikan dunia. Dengan letak wilayah Turki yang diapit Eropa dan Asia, maka Turki menjadi krusial bagi negara-negara Barat dan adi daya. Kalau Turki tidak memiliki kepemimpianan yang kuat, akan mudah tergilas, dikendalikan oleh AS dan kroninya.
Sebagai Presiden Turki, Erdogan telah memainkan perannya secara apik. Ia seolah tidak bermusuhan dengan AS dan sekutunya. Di sisi lain, ia harus melindungi negara-negara tetangga yang sedang dilanda konflik. Bahkan Turki juga berusaha membantu Palestina dari cengkeraman Israel. Â Sikapnya yang tidak mau manut pada negara-negara Barat, bisa dilihat dari kebijakannya terhadap Jerman.
Dalam persoalan Qatar, Turki telah turun tangan. Turki menjadi mediator paling berpengaruh untuk membantu Qatar menghadapi tekanan Arab Saudi. Ini bukan tanpa modal, hubungan bilateral antara Turki dengan negara-negara Timur Tengah lainnya cukup baik. Terutama dalam bidang perniagaan. Selain itu, Turki juga memiliki armada militer yang sangat kuat.
Sedangkan dalam tragedi Rohingya, Turki adalah negara pertama, di luar ASEAN yang mengulurkan bantuan secepatnya kepada muslim Rohingya.  Tak kurang dari  70 juta USD telah dikucurkan oleh Turki. Tekad Turki membantu Rohingya tidak berhenti sampai di situ. Dalam pidato Idul Adha Jumat lalu, Menlu Mevlut Cavusoglu menegaskan kembali bahwa Turki akan membawa masalah Rohingya ke sidang PBB pada tanggal 19 September Mendatang di New York, AS.
Partnership Indonesia dan Turki
Kerjasama dan bergandeng tangan antara Indonesia dan Turki merupakan hal yang paling tepat dan strategis. Ibaratnya, menyatukan dua kekuatan yang saling melengkapi hingga menjadi satu gerakan yang tak terbendung. Turki sebagai negara Islam terkuat dari pengaruh, militer dan ekonomi, serta Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar dan pimpinan ASEAN.
Indonesia berperan dalam segi diplomasi langsung kepada pemerintah Myanmar, sementara Turki dari segi bantuan kemanusian yang mencakup logistik dan pendanaan. Â Erdogan telah menjanjikan akan membiayai pengeluaran untuk pemulihan pemukiman muslim Rohingya. Turki juga bisa mendorong negara-negara Islam lainnya untuk memberi bantuan.
Namun Turki dan Indonesia bisa bersama-sama mendesak masyarakat internasional untuk mengambil keputusan tegas terkait Rohingya. Jika Turki akan membicarakannya di sidang PBB, begitu pula Indonesia, harus menyuarakan sikapnya  dalam sidang tersebut. Indonesia dan Turki harus mendesak PBB untuk mengambil langkah kongkrit menyelamatkan Rohingya dari penindasan. Â