Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tradisi Ngapem untuk Memeringati Nishfu Sya'ban di Yogyakarta

17 Mei 2017   08:24 Diperbarui: 17 Mei 2017   09:01 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Ngapem di Jogja (dok.Retno Juniati)

Beberapa hari sebelum berlangsungnya ICD, saya sudah berada di Jogjakarta. Yah, untuk mengobati rasa kangen terhadap kota kelahiran saya. Dengan menumpang kereta, saya cuzz ke kota gudeg sendiri saja. Maklum, saya penggemar kereta dan sangat menikmati perjalanan dengan ular besi tersebut. Sesampai di stasiun Lempuyangan, saya dijemput salah seorang teman kompasianer yang bertempat tinggal di Jogja, yaitu Zuraida Novita. 

Pada hari Kamis sore, menjelang malam Nishfu Sya'ban, saya bertandang ke rumah saudara sepupu di kawasan Patang Puluhan. Ketika tengah berada di sana, ada tetangga yang menghantar kiriman 'besek' berisi kue apem dan teman-temannya (kolak dan ketan). Oh, rupanya masih ada tradisi ngapem di Jogjakarta. Ngapeman hanya dilakukan untuk memeringati datangnya Nishfu Sya'ban. Malam Nishfu Sya'ban diyakini adalah malam yang mulia setelah malam Lailatul Qadar.

Orang-orang yang memeringati Nishfu Sya'ban, biasanya membuat kue apem, kolak pisang yang dikeringkan dan ketan. Makanan ini lalu dibagikan kepada tetangga. Tradisi ngapem ini memiliki filosofi yang mendalam sebagaimana yang diajarkan oleh para Wali Songo. Ketiga jenis makanan tersebut melambangkan sesuatu, yang seharusnya tetap ada dalam kehidupan kita.

Berikut ini makna Ketiga jenis makanan dalam tradisi Ngapem (Apeman):

1. Apem : Apem berasal dari kata Afwam atau afuan yang berarti permintaan maaf. Kita sebagai manusia diharapkan selalu bisa memberi maaf atau pun memaafkan kesalahan orang lain. hal ini mengajarkan kita untuk selalu mawas diri dan rendah hati.

2. Ketan :  Ketan berasal dari kata khotan, yang dalam bahasa Arab berarti kesalahan. Khotan menjadi ketan karena orang Jawa mengubahnya dengan lafaz yang bisa diingat oleh mereka.  Ketan dimaksudkan  kita sebagai manusia dituntut untuk selalu mengingat akan perbuatan salah yang sering dilakukan sebagai introspeksi diri. Dan berupaya memperbaikinya.

3. Kolak :  Kolak berasal dari kata kholaqo yang mengandung makna "Mencipta", yang mengarah pada  sang Khalik atau Kholiq, untuk Allah Yang Maha Pencipta.  Kolak untuk mengingatkan kita kepada Sang Pencipta, agar kita selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Selain itu juga untuk mengingatkan bahwa sebagai makhluk ciptaan, kita bisa dipanggil sewaktu-waktu untuk menghadap-Nya. Karena itu kita mendoakan orang-orang yang telah meninggal.

Pemda Jogjakarta sendiri juga tetap melestarikan tradisi Ngapem ini. Selama tiga hari, yaitu pada tanggal 12 s/d 14 Mei, dilangsungkan berbagai adat budaya untuk menyambut Nishfu Sya'ban.  Dan pada hari Minggu tanggal 14 Mei yang lalu, ada pertunjukan membuat kue apem di sekitar Lempuyangan. Sayangnya, kami tidak sempat menyaksikan peristiwa tersebut. Sebagian teman-teman memilih untuk berwisata dan jalan-jalan ke tempat lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun