Sikap seorang pemimpin menentukan bakal menjadi apa dan siapa yang dipimpinnya. Saya lihat, keluarga Pak Tjipta menjadi orang-orang yang berhasil. Begitu pula dengan teman-teman dan karyawan Pak Tjipta yang terus berkembang bersama usahanya. Namun hasil tersebut tidak membuat Pak Tjipta menyombongkan diri sebagai karyanya sendiri. Pak Tjipta sadar bahwa Tuhan-lah yang menjadikannya seperti itu setelah dia bersungguh-sungguh bekerja dan berdoa.
Entah berapa banyak lagi oprang yang akan tertarik untuk mengikuti Pak Tjipta. Dalam skup Kompasiana saja selalu bertambah seiring dengan pertumbuhan anggota di Kompasiana. Apalagi orang-orang yang telah berkenalan secara langsung, karena Pak Tjipta mempunyai kegiatan-kegiatan sosial yang secara rutin dijalaninya. Saya takkan heran bahwa mereka adalah menjadi pengingat utama seorang Tjiptadinata yang telah membawa mereka ke arah yang lebih baik.
Di masa tuanya ini, Pak Tjipta tidak pernah berhenti belajar, yang mana sepatutnya membuat kita malu. Orang sekaliber Pak Tjipta saja tak segan-segan belajar banyak hal, masa kita mau diam saja? Tentu kita juga harus berupaya untuk terus meningkatkan diri, atau kita akan tertinggal jauh oleh Pak Tjipta. Usia boileh uzur, tetapi pikiran tetap fresh dan jernih dalam memandang setiap persoalan.
Kita tidak tahu sampai berapa usia Pak Tjipta kelak. Semua menjadi rahasia Tuhan. Namun tentu saja kita berharap di sisa kehidupan yang dimilikinya, Pak Tjipta akan terus memberikan manfaat kepada sesama, khususnya kepada para kompasianers. Teruslah berbagi ilmu Pak Tjipta, biar kami dapat mereguk madunya sebanyak mungkin. Pak Tjiptadinata Effendi, engkau sebenar-benarnya pemimpin. You are the real leader for me.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H