[caption caption="Air dialirkan ke IPA 1 (dok.pribadi)"][/caption]Acara Nangkring, bukan sekedar kopdar antara sesama kompasianer atau juga memburu hadiah. Lebih dari itu, kompasianers mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat, ilmu yang tidak akan didapatkan di bangku-bangku sekolah. Sebagaimana pada hari Senin (21/3) yang lalu, kami mengikuti acara Nangkring bersama Palyja dengan tema #Bersama Demi Air. Selain untuk memeringati hari Air Sedunia, juga untuk menyoalisakan betapa pentingnya kita menjaga kelestarian air.
Pada hari itu, kami 'dipaksa' untuk melek tata kelola air. Kalau selama ini kita hanya tahu ledeng di rumah harus mengalirkan air tanpa pernah berpikir bagaimana air itu bisa mengalir, maka kini kami mengerti apa yang harus dilakukan demi mendapatkan air bersih. Kantor Palyja di jalan Penjernihan 1 dan 2, Pejompongan, justru merupakan instalasi penting yang menghasilkan air bersih yang dikonsumsi oleh penduduk Jakarta.
Nangkring itu tidak hanya diisi diskusi semata, kami dibawa 'blusukan' ke seluruh area instalasi. Cuaca mendung dengan gerimis mengundang tidak menghalangi kami yang antusias mengetahui bagaimana proses penjernihan air. Apalagi kami telah dilengkapi dengan perangkat helm pekerja, layaknya petugas dari Palyja. Sebelum mulai berkeliling, Pak Kamid, petugas teknik yang menjadi instruktur kami memberikan keterangan pendahuluan dengan menggambarkan melalui maket instalasi.
Instalasi Pengolahan Air I (IPA I) yang berada di jalan Penjernihan ini sudah ada sejak zaman Bung Karno, kalau tidak salah dibangun tahun 1953. Luas instalasi ini sekitar 5 hektar. Â Luar biasa, instalasi yang sudah cukup tua, untunglah selalu terawat dengan baik. Menurut Pak Kamid, bencana yang bisa membahayakan hanya kebakaran. Dan Alhamdulillah, belum pernah terjadi kebakaran hingga saat ini. Walau begitu, simulasi tanggap bencana selalu dilakukan untuk mengantisipasi segala bahaya. Kasus yang tterjadi hanya kebocoran d beberapa tempat, yang dengan mudah dapat diatasi.
[caption caption="spanduk yang mengingatkan keselamatan kerja (dok.pribadi)"]
"Seperti inilah kondisi air yang dikelola Palyja untuk diproses menjadi air minum, disebut air baku. Ini bahan baku Palyja," jelas Pak Kamid.
[caption caption="air baku yang masih keruh di bak penampungan (dok.pribadi)"]
Tantangan dan tugas berat Palyja
Ternyata bukan hal yang mudah menyediakan air bersih untuk penduduk ibukota. Berbaggai tantangan selalu datang menghadang. Pertama adalah ketersediaan air baku yang semakin berkurang dari tahun ke tahun. Masalahnya adalah di musim kemarau waduk Jatiluhur jugga tidak bisa menyuplai air secara maksimal, apalagi jika lingkungan alam semakin rusak. Kedua adalah masyarakat yang tidak sadar akan pelestarian air, boros dalam pemakaian. Ketiga, ada penduduk yang melakukan pencurian air sehingga aliran pasokan terganggu. Keempat, pencemaran sungai semakin tinggi karena tidak adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga sungai.
[caption caption="Budi Susilo, Direktur Customer Service Palyja (dok.pribadi)"]
Pencemaran utama bukan dari limbah pabrik atau industri, malah dari limbah rumah tanga. Mengapa begitu? ternyata limbah itu berasal dari deterjen yang digunakan rumah tangga untuk mencuci. Akibatnya, kandungan amoniak pada air sungai begitu tinggi. Menurut Meyritha Maryanie, Corporate Communication & Social Responbilities Head Palyja, sampai dengan tahun 1997, air sungai masih layak menjadi air baku. Padahal, kebutuhan air di ibukota semakin meningkat.