[caption caption="Acara Nangkring Bersama KemenPUPR (dok.pribadi)"][/caption]
Pembangunan di Indonesia tak terlepas dari peran Kementrian PUPR dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kementrian ini dituntut untuk memenuhi kebutuhan sebuah negara yang besar dan dinamis. Sementara di sisi lain, ada tantangan yang luar biasa dari dunia internasional. Kita harus mampu mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain. Untuk itu, harus ada terobosan yang mampu membuat Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Menghadirkan solusi seiring inovasi adalah jawaban Balitbang PUPR untuk menjawab tantangan tersebut. Hal itu dipaparkan dalam acara Nangkring Kompasiana bersama Kementrian PUPR dengan tajuk "Hadirkan Solusi Seiring Inovasi", pada tanggal 5 Desember 2015 di gedung Heritage, kantor Kementrian PUPR, kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam acara itu didahului peresmian "Pintu" (Pusat Informasi Terpadu) Balitbang PUPR.
Pembangunan infrastruktur sangat diutamakan karena menyangkut fasilitas yang dibutuhkan oleh rakyat |Indonesia. Sebagaimana yang telah ditekankan oleh Presiden Jokowi. Misalnya, pembangunan jembatan, jalan tol, bendungan, waduk, pembangkit tenaga listrik dll. Semua itu lanngsung menyentuh kehidupan masyarakat. Bagaimana kita akan memajukan negara ini, jika terjadi kesenjangan antar daerah.
Guna mewujudkan hal itu, maka Kementrian PUPR membutuhkan dukungan teknologi yang menjembatani antara program-program Kemen PUPR dengan implementasi di lapangan. Selain itu, pemanfaatan IT adalah sarana kekinian yang menjadi penerjemah program antara Kemen PUPR dengan masyarakat. Karena itulah, Balitbang PUPR menciptakan "Pintu" sebagai sebuah inovasi sekaligus solusi tepat saat ini.
[caption caption="Diskusi berlangsung hangat (dok.pribadi)"]
Acara Nangkring ini menghadirkan diskusi yang cukup hangat antara pejabat terkait dengan para kompasianers yang berminat dan peduli terhadap pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Sebagai narasumber adalah Leonard Ibnu Said (LSM Kemitraan Air Indonesia), Aris Setyadi Murwanto (Kabag Litbang PUPR), dan Dandy Priandana (Kadin Tata Kota Tangsel). Admin Kompasiana, Wardah Fajri menjadi pemandu dan moderator dalam diskusi tersebut.
Tangsel menjadi salah satu percontohan karena wilayah ini berkembang sangat pesat. Pembangunan fisik dibarengi dengan jumlah penduduk yang melonjak dari tahun ke tahun menyebabkan Tangsel terlihat penuh sesak. Untuk mengantisipasi hal itu, maka pemda Tangsel bekerjasama dengan Kemen PUPR. Mereka mencari solusi terbaik agar Tangsel dapat tumbuh menjadi kota yang layak bagi penduduknya.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi Jabodetabek dan kota-kota besar adalah sampah banjir dan macet. Menurut Leonard, solusinya adalah dengan menerapkan 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Tempat pengolahan sampah menjadi sarana untuk nebgunpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah yang datang ke sana. Hal ini penting dilakukan karena volume sampah selalu meningkat, padahal kita juga harus menjaga bumi dari kerusakan, sementara di sisi lain, banyak orang yang belum berdisiplin dalam membuang sampah.
Tangsel menerapkan TPS (tempat Pembuangan Sementara) yang terpecah di beberapa tempat karena keterbatasan lahan. Namun Tangsel memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang masih mengalami perluasan untuk menampung sampah yang volumenya meningkat.
"Sedangkan masalah kemacetan, lebih banyak disebabkan sopir angkot yang berhenti seenaknya dan parkir di sembarangan<" jelas Dandy. Karena itu pemda Tangsel mengadakan Bus Anggrek yang melayani warga Tangsel yang ingin menyusuri kota Tangsel secara gratis.