"Pada suatu titik, saya benci sekali pada takdir. Saya tidak ingin mengingatnya lagi," kata Ratna tersendat-sendat menahan isak tangis. Ia berusaha menahan kepedihan yang telah menderanya selama 12 tahun. Luka itu teramat dalam dan belum sembuh hingga sekarang, meski ia telah berhasil mencapai prestasi.
12 tahun bukan masa yang singkat, apalagi bagi seorang perempuan. Sungguh luar biasa ia mampu melewati masa-masa penderitaan itu. Saya menjadi malu, karena saya selalu mengeluh tentang penderitaan yang saya alami, padahal baru berjalan lebih dari tiga tahun. Ratna jelas jauh lebih menderita dari saya, tetapi tetap berjuang untuk keluar dari zona tersebut. Hal ini membuat saya termotivasi untuk bisa seperti Ratna, bertahan dari penderitaan dan mencari jalan untuk menggapai cita-cita.
Ratna Prawira menggerakkan perempuan tani untuk berkarya melalui pohon pisang. Pisang, tanaman yang sangat banyak terdapat di Indonesia. Di tangan Ratna, pisang dapat dimaksimalkan pengolahannya dari buah, daun, batang, bahkan bonggol. Nyaris tidak ada yang terbuang. Berkat ketrampilannya memanfaatkan pisang, ia berhasil menyabet pengharagaan Adhikarya Pangan Nusantara 2012 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan ia memperoleh Product Innovative Award tahun 2013 karena memproduksi kerupuk kulit pisang.
Ratna membantu perempuan yang hidupnya di bawah garis kemiskinan sehingga menjadi pengusaha kecil yang mandiri. Usaha mengolah pisang ini tidak butuh banyak modal, hanya sebesar Rp 25.000,- dan satu pohon pisang. Semua bisa diolah menjadi makanan yang lezat dan bergizi seperti sirup daun pisang, nugget jantung pisang, sambal goreng pisang, kerupuk kulit pisang, abon batang pisang, semprong bonggol pisang dll. Ia mendirikan Kelompok Tani Wanita Seruni di sekitar tempat tinggalnya. Rumah yang digunakan untuk memulai usaha telah dijadikan tempat wisata belajar untuk masyarakat Indonesia.
Enam kategori penghargaan
Ratna Prawira adalah Perempuan Inspiratif Nova 2015 dalam kategori Perempuan dan Wira Usaha. Selain dia, dalam kategori yang sama adalah Irma Suryati dari Kebumen, Jawa Tengah. Perempuan yang lumpuh akibat penyakit polio sejak usia 4 tahun ini merintis usaha kerajinan keset dengan dengan modal kain-kain sisa. Ia mendirikan Pusat Usaha Kecil Menengah Penyandang cacat dan telah memberdayakan 3000 penyandang disabilitas. Hasil produksinya telah diekspor ke berbagai negara Australia, Jerman, Jepang dan Turki. Selain itu Irma juga mendirikan koperasi simpan pinjam untuk menampung kegiatan ekonomi ribuan pembuat keset hasil bianaannya.
Lima kategori lain adalah;Â Perempuan & pendidikan yang dimenangkan oleh Hani Sri Sundani, BESM, Desa palasari Bogor dan Eko Setiyoasih dari Karang Anyar, Jawa Tengah. Kategori Perempuan dan Teknologi diraih oleh Yunita Riris Widawaty S.S, M.Hum dan Yuli Sugihartati dari Malang, Jawa Timur. Kategori Perempuan dan Kesehatan direnggut oleh Yuli Suprianti, dari Tangerang, Banten dan Shanti Rosa Persada dari Jakarta. Kategori Perempuan dan Seni Sosial Budaya didapat oleh Sonta Leonardo Boru Sitomorang dari Samosir, Sumatera Utara dan Maizidah Salas dari Wonosobo, Jawa Tengah. Sedangkan kategori Perempuan dan lingkungan dimenangkan oleh Sri Mulyani dari Ungaran, Jawa Tengah dan Nissa Wargadipura dari Garut, Jawa Barat.
Mereka yang telah meraih penghargaan tersebut hanya sebagian contoh dari perempuan-perempuan hebat yang dimiliki Indonesia. Masih banyak perempuan-perempuan hebat lainnya yang belum terekspos dan tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Perempuan-perempuan yang sejatinya tidak pernah mengenal kata menyerah dan terus berjuang hingga berhasil mengalahkan segala rintangan. Kiprah mereka mampu dirasakan oleh sesama dan lingkungan di sekitarnya. Mereka adalah tiang-tiang kokoh negeri ini.
Bravo Perempuan Indonesia. Bravo Perempuan Inspiratif Nova.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H