Kemarin terjadi kecelakaan maut antara Metro Mini dengan Commuter line. Kecelakaan ini merenggut 13 jiwa, dan dua orang masih menjalani perawatan di RS Sumber Waras. Pada umumnya, kecelakaan yang melibatkan angkutan Metro Mini dengan kereta disebabkan oleh human error dari pihak Metro Mini. Sebab, Commuter line hanya berjalan di jalurnya sesuai dengan jadual dan arahan Kepala Stasiun.
Pemerintah Daerah DKI Jakarta agaknya lupa membenahi masalah Metro Mini. Padahal angkutan ini boleh dikatakan sudah sangat urgen untuk pembenahan, baik dari sisi manajemen, armada, maupun para sopirnya. Akibatnya, penumpang tak terlayani dengan baik, sehingga sering terpaksa memilih moda angkutan yang lain. Saat ini Metro Mini terkesan hanya seperti 'sampah jalanan' yang turut memadati jalanan ibukota.
Beberapa fakta yang harus diketahui tentang Metro Mini :
1. Ngebut; Sopir Metro Mini suka menjalankan kendaraannya dengan laju yang cukup kencang, terutama jika sedang 'main'. Kalau ada saingan di belakang/depan, maka mereka akan berusaha saling menyalip. Tentu saja para penumpang menjadi was-was dan sport jantung.
2. Ugal-ugalan. Tidak hanya ngebut, cara membawa Metro Mini seringkali ugal-ugalan alias ngepot. Hal ini tidak hanya menjadi ancaman bagi para penumpang, tetapi juga pengguna jalan raya yang lain. Cara mengemudikan seperti ini rawan kecelakaan beruntun.
3. Menerobos lampu merah/perlintasan KRL. Soal disiplin lalu lintas, sangat rendah. Metro Mini kerap menerobos lampu merah,minimal berhenti di depan melewati garis kuning. Sebelum lampu hijau menyala, sudah melaju mendahului yang lain. Begitu pula jika berada di perlintasan kereta api, suka menerobos masuk meski penumpang sudah memeringatkan.
4. Suka ngetem. Dengan alasan mencari penumpang, Metro Mini dan angkutan lain suka sekali ngetem berlama-lama. Masalahnya, mereka ngetem di lampu merah sehingga menyebabkan kemacetan panjang di belakangnya. Sebagai contoh di perempatan Pasar Minggu.
5. Menurunkan/menaikkan penumpang di tengah jalan. Sopir Metro Mini sangat malas untuk menepi ke pinggir jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Biasanya mereka berhenti begitu saja di tengah jalan sambil memerintahkan penumpang untuk bergegas. Penumpang dalam keadaan bahaya karena bisa tersambar kendaraan lain.
6. Mobil tidak laik. Kebanyakan armada Metro mini sudah tidak laik lagi dioperasikan di jalan raya karena sudah terlalu tua atau jarang mendapat perawatan yang semestinya. Mobil-mobil ini menimbulkan polusi karena timbal hitam yang membubung dari knalpot.
7. Sering tidak ada kernet. Semakin banyak Metro Mini yang tidak menggunakan kernet sehingga sopir merangkap kernet. Sopir suka berhenti ketika di tengah perjalanan untuk menarik ongkos dari penumpang, atau penumpang harus berjalan ke depan dahulu untuk menyodorkan uang ke sopir.
8. Banyak copet. Di beberapa trayek, terutama yang menuju atau melewati pusat perbelanjaan, Metro Mini adalah tempat beroperasinya copet-copet. Sopir maupun kernet biasanya tidak mau tahu soal komplotan copet ini sehingga selalu ada korban yang kehilangan dompet atau hp-nya.