Apa sih malam satu Suro? Kalau bukan orang Jawa, mungkin tidak mengerti tentang ihwal malam satu Suro ini. Sebenarnya bulan Suro adalah bulan Muharram, yaitu bulan pertama dalam kalender tahun Islam/ atau disebut juga sebagai tahun Hijriah. Satu Suro tahun ini jatuh pada tanggal 14 Oktober dalam tahun Masehi. Kita melihat tanggal ini berwarna merah sebagai hari libur nasional. Namun dalam masyarakat Jawa, datangnya bulan ini dirayakan secara khusus.
Kita pasti pernah mendengar tentang malam Satu Suro. Apa istimewanya malam ini sehingga istilah malam satu Suro menjadi terkenal? Banyak orang mengkait-kaitkan malam ini sebagasi sesuatu yang berbau mistik. Apalagi telah berulangkali diangkat dalam film layar lebar. Misalnya dalam film-film yang dibintangi Suzanna. Di beberapa daerah, ada perayaan yang menyertakan sesajen sehingga malam ini dianggap sebagai malam yang keramat. Entah itu berhubungan dengan hal-hal ghaib, atau tentang makbulnya hajat seseorang pada malam ini.
Orang-orang yang masih percaya dengan kekeramatan ini, melakukan ritual khusus. Ada orang yang melakukan 'tapa bisu', yaitu tidak mengeluarkan katakata alias mengunci mulut. Ada pula yang 'kungkum'. berendam diri di sebuah sungai. Di Yogyakarta, banyak yang tidak tiudur semalam suntuk, tetapi melakukan perenungan sambil berdoa. Ada juga yang menggelar Wayang Kulit yang berisi nasihat. Panyai Parang Tritis dan Parangkusumo penuh dengan pengunjung pada malam satu Suro ini.
Sebenarnya dalam agama Islam, tidak ada perayaan khusus yang bermuatan mistis, karena bisa menimbulkan dosa Syirik dan musyrik. Tahun Hijriah dimulai ketika Rasulullah Nabi Muhammad SAW harus hijrah atau pindah dari Mekkah ke Madinah demi menyelamatkan kaum muslim. Saat itu adalah pertamaka kalinya penduduk muslim asli Mekkah harus meninggalkan kota yang dicintainya demi membela kebenaran ajaran Rasulullah.
Makna hijrah sendiri, bukan hanya perpindahan fisik seseorang ke tempat lain. Makna yang lebih dalam adalah melakukan hijrah dari segala sesuatu yang buruk ke arah yang lebih baik. Misalnya, meninggalkan sifat-sifat buruk yang ada pada diri kita seperti ketamakan, iri hati, dendam, ambisi, egois dsb. Sehingga pada tahun yang baru itu, kita menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Jadi tidak ada perayaan atau ritual khusus, apalagi berhubungan dengan dunia ghaib pada malam satu Suro. Idealnya adalah pada malam itu kita melaksanakan sholat taubat agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT. Tentu saja jika ingin melek semalam suntuk, isi saja dengan zikir dan shalawat. Bukan dengan upacara macam-macam yang tidak masuk akal. Kita justru menambah dosa.
Maka, bagi yang merasa dirinya sebagai muslim, jika tidak berusaha menjadi muslim yang lebih baik dari sebelumnya, keimanannya berarti stagnan atau tidak ada perubahan. Jika justru menjadi lebih buruk dari sebelumnya, berarti imannya tergerus oleh hal-hal negatif. Bagaimana dengan anda? mampukah melakukan hijrah dari sifat-sifat buruk kepada sifay-sifat yang lebih baik? semoga kita selalu mendapat bimbinganNya. Aamiin YRA.