Memasuki H-10 sudah terlihat arus mudik di semua lini. Mulai ada lonjakan penumpang, baik di Bandara, stasiun kereta api, pelabuhan kapal laut dan terminal-terminal bis, walau memang belum meningkat secara signifikan. Memang kepadatan arus mudik tertinggi adalah H-5 hingga H-1. Namun tak salahnya jika kita kembali mengingatkan agar selalu memikirkan keamanan dan kenyamanan agar selamat tiba di kampung halaman.
Apapun kendaraan yang dipakai, tidak menjadi masalah. Persoalannya justru terletak bagaimana cara mudik yang ditempuh. Berikut ini beberapa cara mudik yang cukup berbahaya;
1. Menggunakan kereta ekonomi
   Tak dapat disangkal bahwa kereta ekonomi adalah kendaraan yang paling padat dalam setiap arus mudik. Maklum, sebagian besar penduduk kita masih berada dalam taraf menengah ke bawah atau sedikit di atas garis kemisikinan. Kereta kelas ekonomi adalah alternatif paling murah meriah. Tapi resiko yang harus dihadapi cukup tinggi. Walau mendapat tempat di dalam kereta, suasananya jelas sesak, kekurangan udara segar. Sehingga ada saja yang bisa menjadi pingsan. Apalagi jika tidak dapat bergerak leluasa karena padatnya. Bahkan WC pun dipenuhi oleh penumpang. Menahan sakit perut juga menjadi bagian dari penderitaan penumpang kelas ekonomi. Namun yang paling berbahaya adalah para penumpang yang memaksakan diri naik di atap-atap gerbong dan emperan lokomotif. Mereka bisa sewaktu-waktu terjatuh karena tak kuat dengan lajunya jalan kereta sedangkan mereka harus berpegangan dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, jika kereta mengalami kecelakaan, mereka adalah orang-orang pertama yang akan menjadi korban.
2. Menggunakan truk/pikap/mobil bak terbuka
    Banyak yang memilih menumpang truk dan pikap karena murah. Semua orang masuk, dari orangtua hingga anak-anak. resikonya adalah mereka harus menahan diri dari cuaca yang saat ini sangat panas. Mereka bisa terkena dehidrasi hingga pingsan. Jika kendaraan ini tidak stabil, mudah mengalami kecelakaan. Kalau sudah terlibat kecelakaan, jarang ada yang selamat, mereka mempunyai prospek yang sama sebagai korban.
3. Senang menyalip
   Banyak orang yang tidak bersabar dengan kemacetan di jalur pantura, sehingga nekad ingin menyalip kendaraan di depannya. Apalagi para pemudik yang menggunakan motor, senang menyelip di antara kendaraan-kendaraan lain dengan harapan lebih cepat sampai. Padahal resiko yang harus dihadapi sangat berbahaya. Mereka bisa terserempet kendaraan yang sama-sama memperebutkan tempat ke dapan, atau tersambar kendaraan dari arah yang berlawanan. Salah-salah, malah nyawa jadi melayang.
Demikianlah beberapa cara mudik yang berbahaya. Sedapat mungkin cara-cara seperti ini dihindari agar niat untuk pulang kampung terlaksana. Jangan sampai hanya tinggal nama. Untuk menghindari resiko tinggi, lebih baik mudik jauh-jauh hari dimana tingkat keamanan dan kenyamanan masih bisa dirasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H