Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Musim Partai Bunuh Diri

8 Januari 2014   13:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai tahun politik, maka 2014 ini seakan menentukan hidup dan matinya partai-partai peserta Pemilu.  Pertarungan sengit  memang telah dimulai sejak tahun lalu. Setiap hal di negeri ini, ditarik ke dalam ranah politik sehingga ada saja partai yang terkena imbasnya.  Elektabilitas partai naik turun sesuai dengan besarnya goncangan yang menimpa partai tersebut.  Di tahun ini, daya tahan partai diuji habis-habisan. Politik yang sangat kotor dan keras menyebabkan timbulnya situasi genting, 'dibunuh atau terbunuh'.

Kondisi itu menyebabkan beberapa partai dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama adalah menaikkan elektabilitas partai dengan pencitraan  dengan bantuan media massa. Pilihan kedua adalah menahan diri, sangat berhati-hati dalam melakukan tindakan.  Sayangnya, justru partai-partai itu terjebak dalam situasi yang serba salah. Apa pun yang dilakukan, bisa salah di hadapan publik. Masyarakat yang semakin kritis, selalu dapat menemukan kekurangan partai tersebut. Alih-alih menaikkan elektabilitas partai, sebuah keputusan atau tindakan  yang diambil partai tertentu malah 'membunuh' partai itu sendiri, alias bunuh diri.

Demokrat, sebagai partai penguasa adalah partai yang paling  banyak salah tingkah. Berbagai konflik yang melilit tubuh partai menjadikan partai itu sasaran empuk untuk diserang. Awal tahun ini, persoalan kenaikan harga gas elpiji menjadi buah simalakama, maju kena mundur kena.  Keputusan apa pun yang diambil SBY, justru menjauhkan partai ini dari simpati rakyat. Apalagi Dahlan Iskan, yang diharapkan mampu mendongkrak elektabilitas partai, terkena imbasnya.  Dahlan Iskan sendiri tak peduli dengan elektabilitas partai. Tetapi serangan terhadap dirinya membuat masyarakat semakin antipati terhadap Demokrat.

Partai Amanat Nasional atau PAN adalah partai yang selalu mencari posisi aman dan nyaris tidak melakukan sesuatu. Namun figur Hatta Rajasa yang membebek dan patuh kepada SBY menjadikan partai ini sangat tidak populer di mata rakyat. Hatta pun tidak memiliki prestasi yang gemilang dalam kabinet. Perekonomian Indonesia stagnan. Dan sikapnya yang seakan menyalahkan Dahlan Iskan dalam persoalan harga gas elpiji, membuat masyarakat tidak simpati kepadanya.

Golkar, sebagai partai sisa kejayaan di masa lalu sama sekali tidak mempunyai celah untuk menaikkan elektabilitas partai. Ketua Umumnya, Abu Rizal Bakrie, bukan sosok yang disukai masyarakat. Terutama keterlibatannya dengan kasus Lapindo yang belum selesai sampai sekarang. Golkar juga terperosok dengan kasus korupsi Gubernur Banten, Atut Chosiyah. Sikap Golkar yang seakan membela Atut dengan tidak mendorong Atut untuk mengundurkan diri, membuat rakyat semakin sebal kepada Golkar.

PKS, adalah partai Islam yang mendapat banyak sorotan. Setelah beberapa  kasus korupsi yang membuat para petinggi partai ini dijebloskan dalam penjara, kepercayaan masyarakat turun drastis.  Kemenangan di Pilkada Jabar, tidak dapat membuat elektabilitas partai meningkat. Bahkan ulah Anis Matta yang memamerkan poligaminya semakin menurunkan kredibilitas partai. Anis Matta seolah membutakan diri bahwa masyarakat Indonesia, terutama kaum perempuan, sangat sensitif terhadap poligami.

Hanura hanya tersandung sedikit, keterlibatan Ketua Dewan Penasehat, Bambang W Soeharto dengan kasus suap Jaksa agak memengaruhi citra partai. Meski Bambang telah dinonaktifkan, Hanura harus bekerja keras untuk mendapatkan simpati dari masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun