[caption id="attachment_366332" align="aligncenter" width="432" caption="sunset yang jatuh di pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepri"][/caption]
Nama kota Tanjung Pinang tidak banyak diketahui oleh banyak orang di luar Kepulauan Riau.  Bila disebut nama kota ini, orang akan salah mengartikan letak persisnya. Ada yang mengira Tanjung Pinang adalah  Tanjung Karang dan ada yang mengira Pangkal Pinang. Ketiga kota ini memang menggunakan kata-kata yang mirip, meski pun berada dalam provinsi yang berbeda. Tanjung Karang ada di Lampung dan Pangkal Pinang ada di Bangka Belitung, sedangkan Tanjung Pinang ada di provinsi Kepulauan Riau.
Popularitas Tanjung Pinang memang jauh tertinggal dibandingkan pulau Batam walau sama-sama berada dalam satu provinsi. Padahal Tanjung Pinang-lah yang menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Riau, bukan Batam. Tanjung Pinang sendiri ada di pulau Bintan, sekitar satu jam dari Batam dengan menggunakan kapal laut atau perahu cepat. Kota ini juga telah mempunyai bandara yaitu Bandara Raja Haji Fisabilillah yang awalnya adalah bandara milik Angkatan Laut RI.
Namun ada yang istimewa di kota Tanjung Pinang, yaitu sebagai tempat lahirnya seorang pujangga terkenal Indonesia, yaitu Raja Ali Haji. Kita mengenal hasil karyanya sebagai Gurindam 12, sebuah karya sastra yang sarat akan nasehat bagi umat manusia. Makam Raja Ali Haji berada di Pulau Penyengat, yang dapat kita lihat langsung dari tepi laut Tanjung Pinang. Keunikan pulau ini, adalah tempat tenggelamnya Sang Surya pada senja hari. Penduduk kota Tanjung Pinang biasa menyaksikan Sunset yang jatuh tepat ke balik Pulau Penyengat.
Anda dapat membayangkan betapa indahnya sunset yang jatuh di atas sebuah pulau dengan dikelilingi oleh laut biru. Sinar keemasannya tegak lurus membias diriak air sepanjang selat antara pulau Penyengat dengan tepi laut Tanjung Pinang. Apalagi jika cuaca agak mendung dan langit dipenuhi awan kelabu. Sinar jingga mentari menebarkan percik-percik keemasan di sekitar langit dan laut, menembus kegelapan seakan cahaya itu langsung datang dari tangan Sang Pencipta. Anda tidak akan pernah bosan memandangnya, melainkan terpukau dan merasa berada di dunia yang berbeda. Pemandangan ini lebih sempurna ketika sesekali ada kapal yang lewat dan turut bermandikan percikan emas tersebut.
Mungkin di tempat lain, anda menyaksikan sunset begitu singkat. Lain halnya dengan di kota Tanjung Pinang. Pada pukul lima sore kita sudah bisa menunggu keindahan sunset dengan duduk-duduk di area tepi laut. Banyak tempat bisa dipilih karena Pemkot Tanjung Pinang telah membangun beberapa tugu dan taman yang terbuka untuk umum. Dari situlah kita bisa melihat matahari yang mengeja perlahan ke arah barat secara jelas dengan mata telanjang. Anda bisa mengabadikannya dengan leluasa, atau bahkan selfie bersama teman-teman.
Pulau Penyengat sendiri memiliki sejarah yang luar biasa. Pulau in dahulu menjadi benteng pertahanan Raja-Raja Melayu, terutama ketika melawan penjajah Belanda. Ada jejak sisa-sisa meriam dan beberapa peninggalan sejarah lainnya di atas bukit. Dari atas bukit ini kita menyadari betapa strategisnya Pulau Penyengat karena dapat memantau lalu lintas laut sampai batas Singapura dan Malaysia. Selain itu ada sebuah Masjid yang telah berdiri berabad-abad. Masjid ini konon tidak menggunakan semen sebagai perekat tetapi menggunakan putih telur. Sampai sekarang Masjid itu tetap kokoh berdiri. Di sekeliling Masjid terdapat makam para Raja-Raja Melayu yang juga adalah kerabat dari Raja Ali Haji. Sebentar lagi di pulau itu juga dibangun sebuah monumen untuk mengenang Sang Pujangga, yang menurut rencana akan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tahun depan.
Barang Siapa tiada memegang agama, sekali-sekali tiada boleh dibilangkan nama. Barang Siapa Mengenal yang empat, maka ia itulah orang ma'rifat. Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegaknya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang Bahari. Barang siapa mengenal dunia, tahulah dia  barang yang  terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia melarat. (Gurindam Pasal yang Pertama)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H