Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Revolusi Dari Desa: Reinkarnasi Mao Tze Tung di Indonesia?

19 November 2014   05:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_376455" align="alignnone" width="1200" caption="launching buku Revolusi dari Desa"][/caption]

Ketika membaca judul buku ini, Revolusi Dari Desa, saya lantas teringat sebuah taktik yang diajarkan pemimpin besar  Partai Komunis Republik Rakyat Tiongkok, Mao Tze Tung,  yaitu Desa Mengepung kota. Walau dari masa yang berbeda, apa yang dilakukan Bupati Malinau, DR Yansen TP MSi,  dengan program Gerdema (Gerakan Desa Membangun), tidak jauh beda atau sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Mao Tse Tung. Apakah Pak Yansen mengadopsi ajaran Mao Tse Tung atau tidak, saya belum tahu pasti. Namun bagi saya, sebuah program yang mengacu pada kepentingan rakyat, harus selalu didukung.

Mao Tze Tung adalah penganut Marxisme-Lenimisme. Desa Mengepung Kota adalah implementasi dari ajaran paham tersebut. Tapi kita tidak usah mempermasalahkan hal itu, semua ajaran yang baik bagi kemashalatan umat, patut diterapkan. Sedangkan keyakinan saya, Pak Yansen mencetuskan program Gerdema ini berlandaskan sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Taktik Desa Mengepung Kota, dijalankan Mao Tze Tung untuk melawan Imperialisme, Feodalisme dan Kapitalisme. Saat itu, Tiongkok sedang menghadapi agresi Tentara Jepang. Mao Tze Tung membangkitkan perlawanan dari desa, terutama dari kaum tani.Sebuah revolusi yang berasal dari rakyat, melawan penjajahan. Rakyat diorganisir sebagai pasukan dalam bentuk sel-sel yang dapat menyerang tentara Jepang tanpa terduga dengan senjata yang sederhana. Setelah perlawanan bersenjata selesai, Mao Tze Tung membangkitkan perekonomian desa dengan membentuk koperasi-koperasi pertanian.

Gerakan Desa Membangun yang dijelaskan  oleh Pak Yansen dalam bukunya Revolusi dari Desa, tentu bukan berawal dari perlawanan bersenjata. Pak Yansen melakukan pengamatan dan pembelajaran dari sistem pemerintahan yang silih berganti. Ia menilai, selama ini tidak banyak perubahan. Pembangunan yang seyogyanya dapat menyejahterakan rakyat kecil, masih jauh dari tujuan. Pembangunan selama ini masih bersifat desentralisasi, hanya terpusat di kota. Padahal sebagian besar penduduk Indonesia (sekitar 65%) berada di wilayah pedesaan.  Maka kita dapat membayangkan berapa banyak pedesaan yang terlantar, belum tersentuh pembangunan. Terutama yang berada di perbatasan, seperti Kabupaten Malinau.

Menunggu sentuhan Pemerintah Pusat, bukanlah suatu solusi. Kita tidak tahu kapan Pemerintah Pusat ada waktu untuk menoleh ke sana, apalagi wilayah NKRI yang sangat luas, semua berebut dan berusaha mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat. Nah, seorang pemimpin yang kreatif dan inovatif tentu akan berusaha mencari cara sendiri sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Pak Yansen. Bupati Malinau ini tak mau menunggu lama, ia langsung mempelopori dengan meluncurkan Gerdema (Gerakan Desa Membangun).

Memberikan Kepercayaan Kepada Masyarakat Desa

Berbeda dengan masa lalu yang cenderung melaksanakan pembangunan hanyasecara top-dowm, maka Dalam Gerdema yang terjadi adalah top down dan Bottom-up. Pak Yansen menyempurnakan keadaan. Top-down sebagai tindak lanjut perencanaan teknokratik dan bottom up sebagai tindak lanjut perencanaan partisipasif. Dalam hal ini, rakyat bukan lagi sebagai obyek pembangunan, tetapi adalah subyek dari pembangunan. Sebab inti pembangunan adalah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada rakyat; dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Karena semua masalah pembangunan terletak di desa, maka fokus pembangunan harus dimulai dari desa.

Untuk itu, ia tak segan-segan mendelegasikan wewenang kepada aparat Desa, yang menjadi ujung tombak pembangunan. Pemerintah Desa didorong agar mampu memberikan motivasi kepada masyarakat sehingga dapat berkreasi dan berinovasi dan pada akhirnya mewujudkan pemerintahan desa yang mandiri (local self government). Namun program ini sulit berhasil jika SDM (Sumber Daya Manusia) tidak memenuhi kualitas. Menyadari hal itu, sebelumnya Pak Yansen telah memberdayakan perangkat desa (empowerment program). Minimal, semua pemangku kepentingan di Malinau memahami dan menguasai konsep serta implementasi dengan baik.

Dalam menjalankan Gerdema, dibutuhkan komitmen yang kuat dari setiap pihak terkait. Komitmen Kabupaten Malinau adalah: Mewujudkan Malinau sebagai kabupaten pariwisata, membangun pertanian melalui revitalisasi, dan mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai rumah sakit rujukan. Komitmen ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Malinau dan seluruh pelaku pembangunan berpihak kepada masyarakat. Memang seringkali kebijakan yang diambil tidak populer. Program ini menguntungkan masyarakat, tapi tidak bagi kepentingan kekuasaan.

Pak Yansen sangat mengenal kelemahan dan kelebihan masyarakat Malinau. Dengan Gerdema, ia berusaha memunculkan kelebihan-kelebihan dan potensi positif dari masyarakat. Karena itu ia berani mengambil resiko dengan memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat desa untuk menjadi pelaku pembangunan. Dengan alokasi anggaran yang sebagian besar digunakan untuk pedesaan, maka Gerdema mampu berjalan dengan baik. Tentu saja semua itu tidak lepas dari pengawasan dan bimbingan Pak Yansen dan jajarannya di Kabupaten Malinau. Yang menarik adalah bagaimana terjadi revolusi kepemimpinan dengan menerapkan nilai-nilai utama seperti  Nilai Kecerdasan Spiritual, Nilai Kecerdasan Emosional, Nilai Kecerdasan Ekonomi dan Nilai Kecerdasan Nasionalis Kebangsaan. Nilai-nilai yang sarat moralitas ini telah memunculkan pemimpin-pemimpin sejati yang menggerakkan Gerdema sesuai dengan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun