Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alat Deteksi Dini Dirusak Warga Banjarnegara, Siapa Bertanggungjawab?

18 Desember 2014   01:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana longsor di Banjarnegara telah menelan korban yang tidak sedikit. Hingga kini pencarian para korban yang belum ditemukan masih berlangsung. Di tengah-tengah proses evakuasi, BNPB menemukan alat-alat deteksi dini yang seharusnya memberikan informasi akan datangnya bencana, dalam keadaan rusak. Parahnya alat-alat itu dirusak oleh warga sendiri, ada yang dijadikan tiang jemuran, bahkan ada yang untuk mengikat  kambing.  Apakah kita boleh marah atau hanya bisa mengurut dada melihat hal tersebut?

Alat-alah deteksi dini itu sudah lama terpasang. Para petugas juga telah menjelaskan fungsi dari peralatan tersebut kepada masyarakat. Mereka telah melakukan sosialisasi  di seluruh wilayah yang rawan bencana longsor. Tetapi penduduk Banjarnegara malah menganggap alat-alat itu hanya membuat stress. Alasannya, alat-alat itu hanya membuat mereka deg-degan pada saat berbunyi. Memang pernah beberapa kali alat itu berbunyi, warga sudah cemas. Ternyata longsor yang ditunggu tidak terjadi. Bagi mereka, jika peralatan itu berbunyi, longsor harus terjadi. Jadi mereka membiarkan alat-alat itu dirusak dan disalahgunakan.

Kalau begini, siapa yang akan dipersalahkan?  Permasalahnnya memang tidak sesederhana itu. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kehidupan sosial dan budaya di Bnajarnegara. Pada umumnya masyarakat di sana tidak memiliki pendidikan yang tinggi, Mereka hanya bisa menilai dari apa yang tampak di depan mata. Karena itu  jarang yang bisa berpikir jauh ke depan. Di samping itu, mereka tidak mimiliki pengetahuan yang cukup akan teknologi. Mereka tidak bisa membayangkan  apa dan mengapa suatu alat harus dipasang dalam jangka waktu lama dengan beban untuk memeliharanya.

stake holder

Di sini letak pentingnya peranan stake holder. Orang-orang yang menjadi stake holder seharusnya lebih diberdayakan agar dapat memberikan pengertian yang tepat kepada masyarakat. Ada kalanya keterangan yang disampaikan para ahli tidak dianggap sama sekali oleh warga setempat. Hal itu disebabkan oleh, pertama karena bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh masyarakat. Mungkin para petugas menggunakan bahasa yang terlalu tinggi yang biasa digunakan kalangan orang-orang berpendidikan tinggi. Kedua, jika petugas-petugas yang memberikan penyuluhan berasal dari luar daerah, masyarakat tidak dengan serta merta dapat memercayai apa yang dikatakan mereka. Ketiga, masyarakat menganggap bencana adalah  kehendak alam yang tak bisa dilawan.

Orang-orang yang termasuk stake holder, terutama tokoh-tokoh masyarakat dan aparat desa, seharusnya lebih kreatif dalam memberikan penjelasan kepada warga setempat. Mereka adalah orang-orang yang dihormati dan disegani. Setiap pendapat atau keputusan mereka, biasanya langsung dilaksanakan oleh para penduduk. Karena itu, Karena itul stake holder jauh lebih mudah menberikan pengertian kepada masyarakat. Pemerintah hanya perlu merangkul dan menggiatkan mereka.

Para tokoh masyarakat ini diharapkan tidak hanya sekali dua kali dalam memberikan penjelasan tentang penanggulangan bencana longsor. Kebiasaan masyarakat adalah melupakan apa yang tidak disampaikan secara kontinyu.  Batu hanya bisa dilubangi air jika menetes terus menerus tanpa henti. Begitu pula dengan mendidik masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus, mengingat bahwa bencana alam bisa terjadi sewaktu-waktu.  Mungkin dilakukan secara berkala, seminggu sekali atau dua minggu sekali dalam pertemuan-pertemuan warga. Stake holder juga tak perlu segan-segan keliling desa dan mengajak masyarakat memerhatikan alat-alat deteksi dini bencana alam yang telah dipasang sambil menjelaskan bahanya jika alat-alat itu dalam keadaan rusak.

Pada masa mendatang, hal ini harus lebih digalakkan di setiap daerah yang rawan bencana. Kita tahu bahwa negeri kita ini memang negeri yang rawan bencana. Tidak hanya longsor, tetapi juga gempa, tsunami atau letusan gunung berapi. Semua membutuhkan kesigapan, gerak cepat dari masing-masing pihak. terpeliharanya alat-alat deteksi dini, akan sangat membantu kesiapan dalam menghadapi berbagai bencana tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun