Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Money

28 Milyar Dolar dari Sektor Hulu Migas

28 Agustus 2015   18:34 Diperbarui: 28 Agustus 2015   18:44 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sampai saat ini sektor migas masih menempati peringkat pertama dalam menyumbang pendapatan negara. Pada tahun 2014, sektor hulu migas mampu menghasilkan 28 Milyar dolar untuk negara. Sedangkan pendapatan tahun ini masih belum dihitung, karena menunggu pergantian tahun. Hal ini terungkap dalam acara Kompasiana Nangkring bersama SKK Migas di gedung City Plaza, 28 Agustus 2015. Hadir dalam kesempatan itu hadir Kepala Humas SKK Migas, Elan Bintoro.

Bagaimana bisa sektor migas masih memberikan sumbangan terbesar untuk negara? Meski produksi migas menurun dari tahun ke tahun, tetapi kita masih memiliki cadangan gas yang cukup banyak. Cadangan ini masih bisa dieksplorasi untuk beberapa dekade mendatang. Apalagi masih banyak wilayah yang masih belum dijamah, terutama di wilayah Indonesia Timur. Tempat-tempat itu menunggu untuk kita eksplorasi.

"Banyak daerah di perbatasan yang belum kita eksplorasi," kata Elan Bintoro.

Karena itulah menjaga wilayah perbatasan merupakan hal yang sangat penting. Bukan hanya masalah kedaulatan negara, tetapi melindungi kekayaan alam Indonesia.  Kekayaan alam ini yang akan menopang masa depan  generasi muda bangsa Indonesia. Siapapun yang mengganggu sejengkalpun tanah NKRI, tidak bisa dibiarkan.

Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam sektor migas ini. Salah satunya adalah semakin banyaknya menggunakan tenaga ahli yang berasal dari negeri sendiri. Memang dahulu kita menyewa tenaga ahli dari luar negeri atau ekspatriat, bahkan untuk hal-hal yang remeh sekalipun. Berkat kemajuan pendidikan, kita memiliki putra-putra bangsa yang terbaik, yang bisa dipercaya untuk mengelola kekayaan alam Indonesia. Maka ekspatriat pun semakin berkurang, hanya tinggal di level tertentu dan tidak di bidang yang penting.

Oleh sebab itu, pantaslah jika anak-anak muda yang sekarang masih bekerja di luar negeri agar kembali ke tanah air, mengabdi pada bangsa sendiri. Terutama karena penghasilan yang ditawarkan juga tak jauh beda dengan perusahaan luar negeri. Di sektor migas ini tidak ada yang patut dikuatirkan. Setidaknya akan terus eksis dalam beberapa puluh tahun lagi.

kunjungan ke ERC

Para kompasianer juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi ERC, dimana manajemen keadaan darurat dan krisis dalam industri hulu migas  ada disini. ERC berada di bawah komando seorang deputi sebagai pimpinan tertinggi. Di bawahnya ada 11 orang anggota divisi. Bagian ini pengelolaan dan pengendalian keadaan krisis. yang dimaksud dengan krisis adalah segala sesuatu yang bisa mengganggu produksi, berdampak terhadap lingkungan dan manusia serta asset.

"Dalam ruang ini dilengkapi oleh peralatan IT yang canggih, dimana kita bisa melakukan teleconference, video teleconference dan tracking," jelas Royke Julius.

Biasanya yang dianggap membahayakan dan mengancam kelangsungan produksi. seperti demonstrasi buruh, kerusuhan, banjir dll. Namun ERC ini tidak menangani semua wilayah. Ada bagian-bagian lain yang juga menangani manajemen krisis untuk daerah lain. Ini sebuah kunjungan yang menambah wawasan dan pengetahuan kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun