Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bernapas dalam Gempa

17 November 2019   13:35 Diperbarui: 17 November 2019   13:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ditunjuk oleh Pak Camat sebagai penanggungjawab administrasi posko termasuk administrasi semua bantuan, karena ex-officio selaku Sekretaris Kecamatan.

Aku kumpulkan semua kawan kantor, aku katakan kita harus mencatat, menyalurkan dan mempertanggungjawabkan semua bantuan dengan seksama, tidak ada di antara kita satu orangpun yang boleh mengambil bantuan, begitupun untuk menyalurkan tidak boleh dibeda bedakan termasuk kepada saudara kita sekalipun.

Kiranya kami sanggup melakukan ini, semua bantuan dicatat dan dikumpulkan oleh teman-teman dikantor bahu membahu kedalam gudang.

Ini bukan sekedar cerita, untuk membeli kebutuhan piket jaga, kami harus membeli gula dan kopi sendiri ke warung, tidak ada teman kantor yang berani mengambil gula, kopi dan indomie bantuan.

Bantuan kemudian disalurkan, kami setiap hari mengantarkan bantuan ke kampung-kampung, sebagian dijemput dan dibantu oleh Kepala Desa dan perangkatnya, jajaran Polsek dan Koramil.

Sebuah kebahagian dan kenikmatan yang tidak terkira saat berjumpa langsung dengan emak-emak atau bapak-bapak yang menerima bantuan beras dan sembako lainnya, mereka merangkulku, menjabat erat tanganku.

Walau bantuan yang dibawa tidaklah seberapa tetapi kedatangan kami ada muka bahagia dan merasa diperhatikan terpancar diwajahnya, semoga dapat mengobati mereka, mengurangi lipur lara, bahwa pemerintah ada bersama mereka.

***
Adanya peristiwa gempa, aku jarang dirumah, kalaupun pulang hanya sebentar untuk melihat kondisi orang tua, menghibur istri yang lagi hamil tua dan anak anak.

Dirumah semua menjadi berantakan, burung puyuhku pada banyak yang mati, tidak ada yang memberi makan dan merawatnya, kebetulan saat itu aku juga mencoba berusaha beternak telur burung puyuh dibelakang rumah.

Burung Murai hitam peliharaanku, pemberian anak Ibu warung depan kantorku Edmon juga sudah terbang dari kandangnya, terbang membawa kisahnya sendiri.

Sore hari, saat ada waktu membersihkan kandang burung puyuh. Aku melangsa, menatap puncak Gunung Merapi tempat sebagian besar masyarakat tempat tugasku tinggal dilembahnya, karena habis Maghrib ini aku harus kembali kesana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun