Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nurani Murahan dalam Foto Presiden Jokowi dan Suku Anak Dalam

5 November 2015   11:11 Diperbarui: 5 November 2015   11:49 2040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heboh foto akan kunjungan Presiden Jokowi ke Propinsi Jambi, salah satunya foto  perjumpaan Beliau dengan saudara kita yang lebih sering disebut dengan Suku Anak Dalam. Baik media televisi maupun media sosial, masih bergentayangan mempublikasi soal  berita ini yang tak habis untuk diulas.

Sayangnya, topik yang heboh dibicarakan adalah terkait dua foto yang ada Presiden Jokowinya lagi bertemu dengan Saudara kita tersebut, ada foto yang lagi duduk dengan berpakaian lengkap, ada juga foto yang mana saudara kita suku anak dalam memakai pakaian mereka ala kadarnya. Menurut saya ini adalah dialektika yang sangat tidak elegan, sangat picik, sempit dan murahan.

Mungkin pesan yang ingin disampaikan bahwa Presiden Jokowi penuh dengan pencitraan, seolah-olah Presiden Jokowi tidak ada berjumpa dengan Saudara kita Suku Anak Dalam yang pakaiannya masih ala kadarnya tersebut.

Jika pesan itu yang ingin disampaikan oleh sikreatif penyebar foto, bagi saya terserahlah, karena memang sejak dulu dunia persilatan politik kelas tinggi kita sudah kenyang dengan rekayasa murahan seperti itu. Sejak kampanye beragam media sosial dihidangkan dengan meme-memean yang kelas teri, jika tidak hati-hati kita menyikapinya memang alamat membawa opini kearal yang tidak logis dan rasional, bahkan bisa membunuh karakter orang.. yaa sudahlah itulah baru peradaban bangsa ini.

Tapi dari kejadian ramenya diskursus tentang foto tersebut, saya menyerungut,  sangat menyayat hati akan Saudara kita Suku Anak Dalam yang dijadikan objek perseteruan, objek main-mainan atau objek permainan politik praktis nan pragmatis. Mereka tanpa tahu apa-apa tentang politik apalagi mungkin perkembangan dunia digital beragam tekhnologi informasi super canggih saat ini, dijadikan bahan olok-olok dan penertawaan. Sakitnya tuhh disinii broo…

Mereka ditengah kebersahajaan hidupnya ditengah hutan, ditengah deraan kabut asap yang dibakar oleh juragan-juragan berdasi, ditengah menipisnya bahan makanan yang mereka tanam, ditengah kegetiran kesenjangan kesempatan memperoleh ilmu pengetahuan, ditengah minimnya sarana kesehatan. Kita yang diberi kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa menghirup setetes peradaban kemerdekaan dari raungan pekik darah para syuhada kusuma bangsa, begitu lugas dan telanjangnya mentertawai mereka, walau lewat objek perantara, sinis kepada Jokowi.

Disadari atau tidak, walau mungkin tujuan lingkaran-lingkaran warna-warni dalam kedua foto tersebut ditujukan kepada Presiden Jokowi, tapi sadarkah kita subjek langsung dari foto tersebut selain Presiden Jokowi juga adalah Saudara kita Suku Anak Dalam tersebut ?

Apa artinya semua ini ? tidak lain adalah betapa penyebar foto ini tidak memiliki nurani, simpati, empati, rasa kemanusiaan akan Saudara kita Suku Anak Dalam. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi jika penyebar foto ini mengulas kunjungan Presiden Jokowi tidak hanya dalam sebatas mengunjungi, tetapi mengulas apa tindakan dan kebijakan yang akan diambil oleh Presiden Jokowi dan jajaran kementerian terkait untuk “memerdekakan” Saudara kita Suku Anak Dalam tersebut, tentu sesuai dengan harapan dan keinginan Saudara kita Suku Anak Dalam itu.

Memperjuangkan mereka dari kemiskinan, menerangi mereka dengan ilmu pengetahuan, melindungi mereka dari kesakitan, melindungi kelangsungan hidup dan anak cucunya, memberikan rasa aman dan ketentramannya, memproteksi tanah hutan mereka dari penjajahan, melestarikan alam mereka dari penjahat pembakar hutan, melindungi hak asal usul dan kearifan hidup mereka.

Jika topik ini yang dibicarakan dilorong-lorong ruang diskusi, di meja-meja kilauan cahaya televisi, di kanal-kanal media sosial, mungkin jauh lebih berarti bagi Saudara kita yang mungkin belum dapat menikmati mewahnya alam kemerdekaan seperti para penyebar dan penikmat foto tersebut…

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun