Mohon tunggu...
Supriyatna
Supriyatna Mohon Tunggu... Penulis - Emosi diujung pena

Menjadi bijak bukan dengan cara mengkritik atau Menasehati Orang lain, Menjadi Bijak berani memberi Solusi bagi permasalahan Orang Lain. " Karena Nasehat bukanlah Solusi, Jadi jangan memberi Solusi dengan cara memberi Banyak Nasehat"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cemara Putih | Puisi Teruntuk Dedi Mulyadi Karya Supriyatna

11 November 2021   07:42 Diperbarui: 15 Juni 2022   19:04 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tapak kaki mulai menelusuri
Atas panggilan suara nurani
Sabda alam terus menghantui
Untuk melihat rintihan bumi

Tedak banten hulu mataram
Gembong cirebon puser cirebon
Suku darmaju palang jarak
Sumereb cemara putih

Putih perisaimu eloknya hati
Berbagi empati dipelosok negeri
Rasa asih menyelimuti jati diri
Pesona cemara putih kian mendekati

Air mata siksa batin waktu sunyi
Tertolak hadirmu dikala mengabdi
Tajam fitnah hantui tidur mu
Kau laku tapa ikhlaskan bebanmu

Hatimu kian bergetar menolak benci
Mulai meratapi isyarat melati
Bangkit melawan gejolak hati
Kini mengabdi membangun nafas negeri

Lintas majalengka pucuk impian
Sepercik harapan dalam genggaman
Bertolak arah ke lembur pakuan
Kini engkau menjadi pujian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun