Oleh : eN-Te
Umat Islam kembali menunjukkan ‘kekuatannya’, melakukan aksi 313. Jumat (31/3/2017) kemarin, dari siang hingga sore, setelah menunaikan ibadah Jumat di Masjid Istiqlal, ‘pasukan’ bela Islam mulai bergerak menuju lokasi melakukan aksi unjuk rasa dan orasi.
Gerakan 313 ini merupakan aksi bela Islam yang kesekian, setelah sebelumnya melakukan aksi yang sama dengan menggunakan simbol-simbol ‘angka cantik’ dalam kalender. Seperti 411 dan 212.
Tidak menutup kemungkinan aksi-aksi yang sama dengan merujuk pada ‘angka-angka cantik’ itu masih akan terus berlanjut, misalnya bulan April nanti ada 114. Dan hal itu sangat bergantung pada isu sentral tentang penistaan atau penodaan agama yang memposisikan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok menjadi aktor utama masih cukup kuat memberikan pengaruh pada atmosfir politik (nasional). Â
***
Jika sebelumnya aksi-aksi bela Islam yang menjadi motor penggerak utama adalah Front Pembela Islam (FPI) yang dibantu oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, maka gerakan 313 bertukar ‘aktor utama’. Pada gerakan 411 dan 212, yang berperan menjadi ‘aktor utama’ adalah Imam Besar FPI, Rizieq Shihab (RS) dengan ‘aktor figuran’ Ketua GNPF MUI, Bakhtiar Nasir, maka pada aksi 313 kemarin, yang menjadi ‘aktor utama’ adalah Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Umat Islam (FUI), Muhammad Al-Khaththath.
Al-Khaththath, seperti lafadz namanya, terdengar sangat Arab. Maka pria yang tidak sedikit pun tergambar sebagai keturunan Arab(?) ini, dalam posisinya sebagai Sekjen FUI bertindak sebagai koordinator lapangan (korlap) aksi 313 kemarin. Sayangnya, sebagai korlap, Al-Khaththath tidak jadi terjun langsung ke lokasi unjuk rasa untuk mengkoordinir dan memberi semangat langsung kepada peserta aksi. Mengapa demikian?
Karena sebelum aksi berlangsung, Al-Khaththath telah terlebih dahulu diciduk aparat. Ia diduga terlibat dalam permufakatan jahat alias makar yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Bersama empat orang lainnya, Al-Khaththath digelandang oleh polisi menuju Markas Komando (Mako) Brimob Polda Metro Jaya untuk diinterogasi.
***
Al-Khaththath ditangkap sedang tertidur pulas menikmati kasur empuk di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat. Hotel bintang 5 dengan tarif semalam yang cukup membuat orang kebanyakan seperti peserta aksi yang culun-culun berkantong tipis hanya bisa berdecap kagum melihat dari kejauhan ini, megap-megap.
Ketika semua peserta aksi yang berasal dari daerah ingin menunjukkan ‘ghirah’ membela Islam dengan bersedia berpanas-panasan, berhujan-hujan kebasahan, berdingin kedinginan berbaring beralaskan ubin masjid, sang korlap malah sedang berbuai mimpi indah di atas tilam empuk Hotel Kempinski. Entah apa yang ada dalam pikiran si Sekjen ini, hingga tak peduli nasib ‘umat’ yang telah rela datang ke Jakarta untuk memenuhi ‘himbuannya’.