Jumat malam (11/9/15) beberapa TV swsata Nasional menyiarkan breaking news tentang peristiwa jatuhnya mesin derek (crane) di Masjidil Haram Makkah. Disebutkan bahwa peristiwa jatuhnya mesin derek (crane) tersebut disebabkan oleh hujan badai yang disertai pasir dan butiran es. Pada saat yang bersamaan diberitakan pula bahwa Presiden Jokowi baru tiba di Arab Saudi dalam rangka kunjungan kenegaraan. Tak pelak lagi, dalan hati saya langsung terbetik, kunjungan Presiden ini pasti akan “bermasalah”. Kunjungan Jokowi pasti akan dikait-kaitkan dengan musibah itu, apalagi dalam tragedi tersebut ada jamaah calon haji Indonesia yang menjadi korban.
Menilai Tragedi Masjidil Haram
Meski sudah terang dan jelas bahwa peristiwa jatuhnya mesin derek (crane) itu karena pengaruh hujan badai yang disertai pasir dan butiran es, toh hal itu tidak menjadi faktor yang harus diterima. Bahwa tragedi mesin derek jatuh adalah murni faktor alam dan faktor kondisi dan alat (mesin) tersebut. Menyangkut faktor alat (mesin) telah diabaikan oleh pihak kontraktor. Menurut kontraktor yang membangun (renovasi) perluasan Masjidil Haram ini, Saudi Binladin, mengklaim bahwa crane dipasang secara profesional dan tidak ada tanda-tanda kerusakan teknis pada crane tersebut.
Sementara bagi kelompok yang selama ini antipati terhadap Jokowi, tragedi tersebut akan menjadi amunisi baru untuk menyerang Presiden Jokowi. Dalam hati saya langsung bergumam pasti peristiwa jatuhnya crane ini akan dikaitkan dengan kunjungan Jokowi. Bagi mereka Jokowi pasti membawa “aura negatif”.
Meski dugaan saya lebih bersifat predictable, tapi ketika menulis artikel ini, saya mencoba searching berita melalui google untuk memastikan bahwa memang ada yang berpikir seperti itu. Dan ternyata untuk sementara dugaan saya benar. Si tukang fitnah, yang selama ini paling getol mencaci maki Jokowi, yang oleh pengikutnya dianggap sebagai “nabi” (dengan huruf ‘n’ kecil), Jonru Ginting, seperti biasa, menganggap bahwa tragedi Masjidil Haram merupakan pengaruh “aura negatif” dari kunjungan Jokowi (baca di sini). Mengingat tragedi jatuhnya mesin derek (crane) yang digunakan untuk renovasi pembangunan Masjidil Haram Makkah tersebut bertepatan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Arab Saudi.
Para pengikut “nabi PKS” ini merasa bahwa negeri ini tak pantas dipimpin oleh seorang Jokowi, yang dalam pandangan mereka “agamanya” tidak jelas dan memiliki “gen” komunis. Masih ingat analisis ngawur ala kader PKS, Tengku Zulkifli Oesman ketika Presiden Jokowi menerima kunjungan kenegaraan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Analisis ngawur ala kader PKS ini dituangkan dalam status facebooknya, yang ia rinci sampai 15 poin. Sayangnya dari 15 poin analisis terhadap pertemuan Presiden Jokowi dengan Erdogan, tidak satu pun menurut pakar Hubungan Internasional Dina Yoelianti Sulaeman (DYS) berdasarkan dan memenuhi teori hubungan internasional. Entah si Tengku mendapat wangsit dari mana sampai menjadikan mimik wajah dan tatapan mata sebagai dasar analisisnya.
Menagih Tanggung Jawab Pemerintah
Kembali ke masalah tragedi jatuh mesin derek (crane) di Masjidil Haram Makkah. Sampai kemarin, Senin (14/9/15) korban meninggal dunia jamaah calon haji Indonesia mencapai 10 orang, sedangkan yang luka-luka sebanyak 42 orang dari total semua korban yang mencapai ratusan orang. Semua korban, baik yang tewas maupun yang luka-luka telah mendapat perhatian yang seharusnya dari otoritas setempat dan Pemerintah Indonesia melalui perwakilannya, termasuk penyelenggara haji di Arab Saudi.
Kita berharap Pemerintah tetap berkomitmen untuk menyelesaikan semua “kewajibannya” terhadap seluruh korban. Semua biaya yang berkaitan dengan pengobatan korban yang luka maupun pemakaman korban yang meninggal dunia akibat tragedi crane jatuh tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah. Jangan sampai para korban, yang merupakan jamaah calon haji malah mendapat “musibah” ganda. Sudah menjadi korban secara fisik, malah kini mereka harus memikirkan untuk menyelesaikan kewajiban lain terhadap pemulihan kesehatan dan biaya pemakaman. Hal ini penting diingatkan sejak awal, karena berdasarkan informasi berita televisi kemarin, ada keluarga korban di Indonesia dihubungai oleh pihak-pihak atau oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meminta biaya pengobatan dan pemakaman.
Soal ada yang mencoba bahkan harus memaksa mengkaitkan tragedi itu dengan kunjungan Presiden Jokowi kita serahkan saja kepada hati nuraninya. Apakah berdasarkan “keyakinan” mereka secara teologis tragedi Mekkah itu berkaitan dengan aura Presiden atau tidak? Apakah “keyakinan” mereka itu sesuai dengan akidah yang diajarkan junjungan yang mulia Rasulullah Muhammad Saw atau tidak?
Berhenti Bersikap Munafik