Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merajut Kembali Semangat Kebangsaan

20 Mei 2017   17:14 Diperbarui: 22 Mei 2017   08:12 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://sejarahmula.blogspot.co.id

Mengapa demikian? Karena antarkelompok anak bangsa tidak lagi saling menghargai, tidak lagi mengedepankan tatakrama dalam berujar, bercakap, berlisan, bertulis, dan bertindak. Kesadaran kebangsaan seakan hilang. Tepo seliro,  tenggang rasa, menguap entah ke mana.

Nilai-nilai luhur sebagai kearifan local (local wisdom) yang terkandung dalam sila-sila Pancasila seakan tak berwujud dan tidak lagi fungsional. Semua itu hanya hadir sebagai atribut artifisial yang kehilangan makna.

Kesadaran kebangsaan yang tergerus sudah sedemikian jauh hendaknya kembali kita pulihkan. Momentum Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tahun ini menjadi kesempatan yang bernilai untuk melakukan muhasabah, merenung (kontemplasi), evaluasi, introspeksi, dan re-introspeksi.

Pada kondisi itu, mungkinkah tersebul pertanyaan, “Akankah setelah nyaris satu abad satu decade kesadaran kebangsaan (nasionalisme) tumbuh dan bangkit, kemudian atas nama kepentingan golongan dan  atau kepentingan politik (identitas),  kita sampai harus mengorbankan sesuatu yang sangat berharga yang telah membentuk kesadaran kita sebagai satu kesatuan entitas sebagai sebuah bangsa?” Mari merenung dan menilai!

Wallahu a’alam bish shawab

Makassar, 20/5/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun