Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Duh, Gelapnya Ice “Sianida” Coffee Vietnam!

15 September 2016   13:00 Diperbarui: 15 September 2016   21:03 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sbr. Gbr. : http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/14/14141051/ahli.toksikologi.kimia.dari.pihak.jessica.mentahkan.keterangan.ahli.puslabfor.polri

Tapi lagi-lagi pernyataan tegas itu tidak serta-merta membuat tabir gelap itu terhapus dan berubah seketika menjadi terang-benderang. Masih saja di sana terlihat awan gelap menyelimuti “warna” es kopi maut itu, yakni tetap hitam pekat.

Mengapa tetap hitam pekat? Karena ahli sendiri tidak bisa memastikan penyebab kematian korban. Meski mereka sendiri dengan pasti mengatakan, merujuk fakta yang ada, bahwa kandungan sianida 0,2 gr/l yang ditemukan dalam lambung korban setelah jenazah korban diintervensi dengan formalin. Sementara pemeriksaan korban setelah satu jam 10 menit tidak ditemukan racun sianida.

Ahli berpendapat bahwa karena lambung korban hasilnya negatif dari unsur sianida, Mirna kolaps dan kemudian meninggal bukan karena racun sianida. Racun mana yang ditabur dalam es kopi yang diminum korban (Mirna)? Artinya penyebab kematian Mirna bukan karena racun sianida melainkan zat lain.

Masalahnya ketika dikonfirmasi apa zat lain yang menyebabkan korban meninggal, kembali kita menemukan jawaban klise dari para ahli dan hanya berlindung di balik jubah apologie. Bahwa mengenai zat lain penyebab kematian itu bukan keahlian mereka untuk menentukan. Perlu ada pemeriksaan oleh ahli lain lebih lanjut. Tambahan pula bahwa jenazah korban tidak diotopsi pula. Jadi hal itu semakin menambah kesulitan tersendiri untuk mendiagnosis penyebab kematian korban.

Ahli sebelumnya, yakni Dr. Budiawan juga memberikan kesaksian yang tidak cukup membuat cahaya remang-remang lorong panjang sinetron Ice “Sinaida” Coffee ini menjadi lebih bersinar. Bahkan memberikan pendapat yang sedikit kontroversial. Di mana Dr. Budiawan mengatakan bahwa kandungan sianida yang ada dalam kopi 7400-7900 mg/l itu terlalu banyak. Jika angka sebesar ini betul ditemukan di dalam es kopi maut itu, seharusnya semua orang yang berada di sekitar lokasi kejadian (TKP), minimal akan pingsan, jika tidak kolaps bersama korban karena baunya sangat menyengat dan penyebarannya sangat cepat melalui pernapasan (hidung).

Tapi pendapat ini dibantah oleh I Made Agus Gelgel. Menurut I Made Agus yang pernah dihadirkan sebagai saksi ahli, bahwa apa yang disampaikan oleh Budiawan itu bila sianidanya berbentuk gas (HCn). Sementara yang diteliti dan ditemukan dalam kopi merupakan Natrium Sianida (NACn), bukan HCn. Malah I Made Agus menyatakan keheranannya, mengapa dalam kasus ini, ahli yang dihadirkan malah toksikologi kimia lingkungan (INews TV)? Belum lagi, Dr. Buadiawan belum pernah menangani kasus kematian akibat racun.

Rencananya sidang Ice “Sianida” Coffee Vietnam episode ke-21 akan berlanjut hari ini (Kamis, 15/9/2016). Kita berharap kebenaran akan terkuak sehingga keluarga korban mendapatkan keadilan? Lepas dari kemungkinan pelakunya Jessica atau pihak lain. Mari kita tunggu bersama!

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 15092016

Oleh : eN-Te     

Artikel terkait

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun