Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

La Nyalla Buron, Apa Sikap PSSI?

4 April 2016   13:10 Diperbarui: 4 April 2016   22:49 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka (PSSI) menganggap status buron bukan merupakan aib. Padahal mereka (PSSI) juga sering mengagung-agungkan Statuta FIFA sebagai “kitab suci” yang harus dipedomani. Di luar itu tidak boleh, meski aturan negara sekalipun di mana pengurus sepakbola itu berada. Bagi mereka sepanjang tidak ada ketentuan yang tersurat dalam Statuta FIFA maka status hukum La Nyalla yang buron itu bukan merupakan sebuah masalah serius dan bukan aib bagi negeri.

Di sinilah logika kepentingan itu bermain. Ketika sebuah masalah, meski sekecil apapun bila tidak berkaitan dengan kepentingan kelompoknya, maka dengan suara lantang berteriak. “Hei, turun lu, engkau tidak pantas lagi memimpin!”  Anda sudah cacat hukum dan juga cacat moral.

Tapi, jika berkaitan dengan kenyamanan kepentinganya, mereka akan bersikukuh bahwa tidak ada hal serius yang dilanggar. Meski kasus yang dituduhkan itu berkaitan dengan hal yang sangat serius mengenai TPK. Buat mereka, emang gue pikirin (EGP)?

Ada preseden yang sudah dicontohkan oleh Mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter. Ketika tersandung kasus korupsi, dengan gentleman Sepp Blatter menyatakan mundur. Tidak pake rumus sesuai Statuta FIFA atau tidak. Karena Sepp Blatter ingin memberi contoh yang baik bagi pengurus sepakbola di seluruh Indonesia.

***

Karena itu, publik tidak perlu terus menerus memelihara “penyakit amnesia”. Publik harus tetap diingatkan bahwa di balik hebohnya “cerita” tentang M. Sanusi yang ditangkap tangan oleh KPK, masih ada kasus TPK lainnya yang tak kalah serius yang perlu tetap dipelototi. Media juga harus tetap diingatkan dan didorong untuk terus memantau kasus buron La Nyalla. Hal itu bertujuan agar jangan sampai La Nyalla memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk “berasyik masyuk” bersembunyi di luar negeri.

Aparat penegak hukum, khususnya Kejati Jatim harus terus kita support agar tidak masuk angin. Kejati Jatim harus di dorong untuk terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar tetap mengejar La Nyalla, di mana pun ia ngumpet.

Jika tidak, negara akan dikesankan tak berdaya menghadapi seorang La Nyalla. Jangan biarkan La Nyalla seenak udelnya, setelah mengobrak-abrik sepakbola Nasional, kini dia lagi mengobrak-abrik tatanan hukum Indonesia. Ayo Kejati Jatim, kejar terus sampai ketemu dan tangkap, meski La Nyalla bersembunyi di ujung dunia!

Wallahu a’lam bish-shawabi

Ya sudah, selamat membaca, …

Makassar, 04  April  2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun