Dewasa ini seperti yang kita ketahui terdapat berbagai macam masalah yang berhubungan dengan Gizi, khususnya pada usia balita. Dari berbagai masalah gizi yang ada, salah satu yang menjadi perhatian yaitu KEP (Kekurangan Energi Protein), dimana akibat dari terjadinya KEP pada usia balita akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus untuk mengcegah terjadinya KEP pada usia balita.
Apabila saat ini tidak dilakukan upaya untuk melakukan pencegahan terjadinya KEP (Kekurangan Energi Protein), maka di masa mendatang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada anak.
Akibatnya, anak dapat mengalami gangguan terhadap perkembangan kognitif selain itu apabila KEP (Kekurangan Energi Protein) sudah termasuk dalam kategori KEP berat dapat menyebabkan timbulnya penyakit Kwashiorkor. Sehingga, diperlukan upaya yang cukup ekstra untuk mencegah hal tersebut agar tidak terjadi.
selain itu, apabila kecukupan energi protein tidak dapat dicegah dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme yang tidak efektif. Sehingga, dapat menyebabkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. Meskipun, tanda dari gejala gagal ginjal kronik tersebut tidak lansung akan tampak begitu saja ketika masa kanak-kanak.
Gangguan penyakit lain yang mungkin akan timbul akibat KEP (Kurang Energi Protein) yaitu menyebabkan terjadinya penurunan produksi asam amino pada tubuh.
Penurunn Produksi asam amino tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas fisik, tetapi asupan makan meningkat lebih tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang beresiko pada penyakit kronik lain nya yaitu diabetes dan juga stroke.
Kecukupan asupan energi dan protein juga berpengaruh langsung terhadap status gizi anak. Tidak tercukupinya asupan energi dan protein bahwa sebanyak 17,9% balita mengalami gizi kurang dan sebanyak 4,9% mengalami gizi buruk.
Oleh karena hal tersebut maka diperlukan kecukupan asupan untuk energi dan protein, semenjak bayi hingga anak berusia 2 tahun karena masa tersebut merupakan masa emas pertumbuhan anak.
Status gizi tersebut merupakan hal yang cukup penting dalam proses pertumbuhan anak-anak di masa mendatang. Di mana, status gizi kurang ditandai dengan adanya penurunan pada berat badan yang cuku drastis yang menjadi salah satu tanda bahwa kebutuhan protein tidak sesuai dengan kebutuhan anak atau dengan kata lain anak mengalami kekurangan asupan protein. Hal tersebut menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit di masa mendatang yang banyak tidak disadari oleh para orangtua.
Upaya untuk mencegah terjadinya KEP (Kurang Energi Protein) tidak hanya diperuntukan untuk orang tua yang memiliki anak balita, tetapi semua kalangan masyarakat perlu untuk ikut terlibat didalamnya.
Meskipun demikian, peran ibu dalam memenuhi asupan energi dan protein melalui pemberian ASI sangat disarankan, karena tercukupinya ASI dapat meningkatkan kebutuhan energi pada balita dari 33% menjadi 66%.