Pagi ini, saya sedang mempersiapkan tulisan untuk ikut lomba Unlimit8 Kompasiana. Deadline, malah, kemana-mana lagi mikirnya. Iya, saya jadi terpikir lagi perihal kekuatan pikiran dan mimpi-mimpi. Setelah ngorek-ngorek tulisan lama, untung masih ada pertinggal (tulisan memang perlu dibuat backup ya). Dulu pernah nulis di Kompasiana, tapi, dalam rangka perbaikan server. Tulisan itu ikut hanyut. Hiks. Jadi, ini saya merangkum balik lagi, setidaknya untuk disimpan lagi.
---
Pernah saya membaca sebuah artikel menarik yang kurang lebih membahas; “kenapa orang Yahudi itu banyak yang pintar? Apa rahasia dibalik itu?” Padahal dari hitungan kuantitas mereka sungguh tak layak diperhitungkan jika dibandingkan dengan pengaruh mereka, “pengaruh” yg saya maksud disini berkaitan dengan gagasan dan ide mereka terhadap teknologi dan kemudian dunia pada umumnya. Terlepas dari sifat licik yang mungkin bisa dimasukkan jadi nama tengah mereka, tapi kita gak bisa menutup mata, kalo mereka diberi “lebih” sama pencipta. Ngomong2 tentang licik, kakak saya pernah menegur, bahasanya kurang bagus. Tapi saya jadi teringat salah satu perumpaan di Alkitab, orang Yahudi si pemungut pajak ketika mencoba negosiasi sama Yesus dengan melempar koin ke atas, dia bilang; "koin yang jatuh ke bawah miliknya dan yg nyangkut diatas punya Tuhan."
Ini yang membuat saya berani bilang licik. Gimana coba? Terang-terangan gravitasi akan mengantarkan koin-koin itu ke bawah. Walaupun, sekiranya Tuhan berkehendak, bisa saja koin dibuat melayang-layang di udara. Tapi, itulah sedikit gambaran kelicikan si pemungut pajak tersebut, dia pengen koin itu semua jadi miliknya.
Kembali ke artikel tersebut.
Ada beberapa catatan kecil yang saya catat, tentang bagaimana usaha ibu-ibu hamil di sana berusaha maksimal demi calon bayinya, mulai dari pilihan makanan dengan mengutamakan ikan-ikanan dan kacang-kacangan, sampai usaha para ibu-ibu tersebut yang tak segan-segan belajar algebra (matematika) dan sejenisnya demi sang calon bayi.
Apa yang terpikir saat membayangkan ibu hamil belajar matematika demi otak si anak di dalam kandungan? Walau saya blom pernah hamil (doakan semoga segera), tapi pemikiran yang terlintas di kepala saya, kapan belajarnya? saat ngidam dan mual-mualnya gimana? Terus, fase-fase lainnya? Buatku, betapa mengagumkan ibu-ibu tersebut. Pemikiran para ibu itu bahwa kecerdasan seseorang tidaklah instant, butuh usaha, sehingga sejak mereka di dalam kandunganpun, sang ibu rela melakukan apa saja termasuk belajar pelajaran sekolahan. Salut!
Lalu apa hubungannya dengan "Placebo Effect"? yang bagi mahasiswa kedokteran tentu kata ini familiar, lihat di sini. Lebih kurang pemikiran saya mencoba menyederhanakan kata tsb dengan contoh: seseorang yg sakit perut, dan tak ada pilihan obat lain, akhirnya obat sakit kepalapun ditenggak. Dengan pemikiran bahwa obat itu pasti ampuh untuk apa saja dan jadilah! sakit perut hilang!
Salah obat tapi bisa sembuh?
Lebih kurang gambaran sederhana dari "placebo effect" bedakan sama sugesti-hipnotis. Saya gak akan membicarakan hal ini dari sisi kedokteran atau phisikologinya, saya hanya ingin berbicara tentang pemahaman versi saya. Contoh lainnya, buat yang beragama Katolik atau Kristen, dengan air suci seseorang bisa sembuh? Di doakan bisa sembuh? Ya, itu terjadi dan banyak dialami. Walau kemudian kekristenan lebih mengenalnya sebagai “perbuatan iman” daripada placebo effect.
Sesuatu fungsi ternyata bisa diambil alih oleh kekuatan pikiran. Sadar gak sadar, apa yang kita percayai mendominasi pemikiran kita untuk kemudian menghasilkan tindakan berkaitan dgn si pemikiran.