Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Edaran dari KBRI Berlin Pasca Ledakan di Berlin

17 Maret 2016   22:13 Diperbarui: 17 Maret 2016   22:34 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Surat Edaran dari KBRI Berlin terkait ledakan VW di Berlin"][/caption]Dua hari lalu, 15 Maret 2015, dapat berita di radio kalo mobil VW diledakkan di Berlin, meninggal satu orang. Yang pertama kepikiran adalah si abang pake mobil kantor nggak hari itu? Lagi di Berlin nggak? (Walau jelas-jelas berangkat sama-sama hari Minggu kemarin ke perantauan masing-masing). Kalo keluarga, nggak ada yang pake VW. Ya, itu, kecuali mobil proyek si abang.

Sempat deg-degan lalu WA in dia. Nggak sampai beberapa menit langsung dibalas.

Puji Tuhan!

Rupanya dia juga ingin memberi tau kejadian tersebut, sekaligus mengingatkan agar saya lebih berhati-hati.

Hari Minggu kemarin, saya melihat sebuah headline news surat kabar terkenal di Jerman dengan foto yang menggambarkan Konselerin Angela Merkel didalam gulung ombak. Saya mencoba memetakan beberapa pemikiran didalamnya, terkait issue terakhir yang berputar di Jerman, dan, sepertinya keadaan itu sungguh menjadi warning yang perlu ditindaklanjuti segera. Masih ingat pasca teror bom Paris dimana setelahnya Berlin juga ditemukan bom. Lalu, ini kembali ada ledakan. Sampai-sampai KBRI Berlin mengeluarkan edaran resmi untuk semua WNI di sini.

"Apa yang terjadi di Jerman saat ini, kenapa terasa seperti tidak aman?"

"Saya tidak tau!"

Saya hanya ingin bercerita sedikit tentang kondisi terakhir yang saya rasakan. Seperti ketika beberapa kali saya menunggu tram, malam, selalu saja terdengar ada adengan adu mulut antara orang lokal dan refungees yang kebetulan nongkong di halte. Dan lebih tidak enaknya lagi, mereka yang biasanya bergrup, masing-masing memegang botol bir. Saya juga pendatang, saya tidak sedang mendiskreditkan pendatang. Hanya, cara, menjadi tamu di rumah orang dengan membesarkan suara atau ngotot di halte tampaknya kurang elok. Itu yang saya kritisi. Bahkan kemarin Minggu, kupastikan dia dari researcher group kami tapi juga ngeladenin orang-orang yang memegang botol-botol di halte itu. 

Sedemikian parahnya, kah? Kurasa, mereka mabuk. Tapi, adalah karena batas toleransi yang sudah dilewati, sehingga orang lokal seperti teman itu mau ngeladenin. Rata-rata orang Jerman yang saya kenal, pembawaannya cuek, nggak mau ngurusin orang. Ya, begitu. Untuk kondisi seperti ini, saya menyesalkan mereka yang mabuk dan buat keributan.

Kondisi lainnya. Beberapa kali kutemukan, polisi datang ke kumpulan orang-orang yang menunggu bus atau kereta. Kadang, juga di kereta. Para Polisi itu menginterview habis-habisan orang-orang yang wajahnya seperti refugees. Sementara kita, dilewatkan saja begitu. Biasanya, Polisi bertanya kartu pengenal, tinggal dimana, dengan siapa, dlsbg. Beberapa waktu lalu, tiga orang yang ditanyai tersebut sampai tidak bisa jawab. Enam orang Polisi yang sekaligus berkeliling mengiterogasi mereka, keburu membuat gugup. Kalau itu jadi saya, maaf, saya tidak akan memilih datang ke Jerman, nggak sakit hati apa digituin?

Namun Kepolisian juga tidak akan bertindak sedemikian ketat akhir-akhir ini kalo nggak ada sebabnya bukan? Banyak yang masuk ke Jerman secara illegal memanfaat arus refugees kemarin itu. Beberapa kali tertangkap di stasiun tanpa identitas, lalu, ditampung kemudian langsung dipulangkan. Dilema. Jujur, saya juga kurang senang dengar Polisi bertanya keras-keras seperti yang saya ceritakan. Namun disisi lain, saya juga sangat kesal melihat tingkah sebagian refugees yang sudah dikasi tempat tersebut namun membuat keributan, minum-minum, pelecehan sama perempuan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun