Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Cerita] Perjalanan Cinta

4 Februari 2016   18:03 Diperbarui: 8 Februari 2016   12:31 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sepanjang Pragerstrasse"][/caption]Kalau saja kau tau bahwa langkah panjang dan pendek hanya Tuhan yang tau kesudahannya nanti. Kalau saja kau tau bahwa kesudahan itu akan membawamu pada sebuah perhentian yang kau cari. Kalau saja kau tau bahwa sebuah perjalanan itu, kau tidak selamanya berjalan bersisian bersama orang yang kau cintai. Kau akan membesarkan cintamu pada sang Khalik setiap hari.
.
Duabelas tahun lalu. Ketika Bapak tiba-tiba minta sarapan soto ayam dari luar rumah sakit, "Bosan!" begitu katanya. Dengan pertimbangan Bapak yang terlihat lebih segar saat itu akhirnya soto ayam pun dibelikan. Lalu kita bergantian menyuapi Bapak setelah meninggikan posisi kasurnya terlebih dulu. Kondisi kesehatan yang sudah naik turun seminggu terakhir tidak terlihat dari tutur bahasanya pagi itu. Bahkan beberapa dari kami pun sempat berencana pergi kerja, karena, beliau juga menyuruhnya demikian. Saat sudah siap berangkat, tiba-tiba bosku telpon kalau Pluit banjir nya tinggi.

"Libur!"

Tahun 2002, Jakarta banjir besar.
.
Tuhan memang sudah mengaturnya demikian, sehingga hari terakhir Bapak bersama kami, aku juga bisa ikut menemaninya. Sehari sebelumnya, abang kami yang tertua juga sudah tiba di Jakarta. Jadi, 11 anak nya sudah ada di dekat Bapak, hanya kakak yang baru berangkat ke amrik sebulan sebelumnya tidak ikut bersama kami.
.
Pukul 18:00 an, kembali kondisi Bapak drop, keluarga menyuruh aku dan kakak ke Pasar Raya untuk beli perlengkapan Bapak, katanya, "kita tidak tau waktunya pergi ke rumah Tuhan." Walau hati kami berdua berontak, tidak setuju, kami tetap pergi mencari semua perlengkapan yang diminta. Macet dan banjir membuat kami tertahan lama di perjalanan.
.
Pukul 21:10 kami berdua tiba kembali di RS. Kamar penuh, semua sudah berkumpul dan berkeliling di dekat tempat tidur Bapak. Kejadiannya begitu cepat. Tidak lama, beliau pergi menuju rumah Tuhan dengan tenang.
.
"Mungkin, Bapak menunggu kami berdua tiba malam itu."

"Bukan begitu!"

Tuhan yang membuatnya sedemikian agar kami berdua bisa tetap bersyukur sepanjang hayat. Tuhan begitu sempurna mengaturkan semuanya. Bahkan perpisahan pun diaturNya.
.
Hanya sebuah kenangan, dan, dia berbicara bahwa, "Tuhan menetapkan langkah orang benar, yang hidupnya berkenan kepadaNya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun