Mohon tunggu...
Muhammad Jamaluddin
Muhammad Jamaluddin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan AS Fak. Syari'ah angkatan 2011

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Taman Pedusi

22 Mei 2013   07:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:13 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jutaan helai bulu betis berbau iblis,

Menjelma disetiap roman-roman narsis

Ditaman itu adalah sangkar budaya romantis

Sorot pandang tak jera terkikis

Taman itu adalah pasar kulit mati

Taman itu adalah keraton liar pedusi

Terbudayalah karya wanita dalam cermin peri

Lalu terbingkis teropi jahannam dalam simbol surgawi

Aku hanya pengamat bukan penikmat

Ribuan mata itu menyelinap dalam daging yang berlipat-lipat

Biarlah mereka meraba dan menyayat

Mereka belum merasa perih dosa sang mayat

Untuk mereka, kita persembahkan bait-bait do’a

Kita hamburkan pesan dari kaki surga

Semua berdosa,

Biar semua mencari pelita...

Surabaya, 24 desember 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun