Bersikap sebaik apapun kita pasti ada kekurangannya, ada saja tanggapan yang negatif, seperti perumpamaan bapak dan anak yang sedang membawa keledai menuju ke pasar. Pertama, bapaknya yang naik keledai anaknya jalan kaki akan ada tanggapan "itu bapaknya enak-enakan naik dan anaknya suruh jalan". Kedua, gantian anaknya yang naik juga ada tanggapan "itu anak tidak sopan bapaknya suruh jalan kaki sementara dia naik keledai". Ketiga, bapak dan anak naik berdua apa tanggapannya "bapak dan anak sama jaga tidak kasihan sama keledai". Keempat, tidak ada satupun yang naik ternyata ditanggapi "punya keledai kenapa tidak dinaiki". Apalagi keledai itu yang di angkat, mungkin tanggapannya lebih aneh lagi.
Begitulah manusia, berbeda dengan mahluk lain. Manusia lebih banyak memperhatikan apa yang dilihat dan didengar, karena punya rasa kepedulian yang sangat besar sedangkan mahluk lain tidak atau sangat sedikit. Binatang hampir tidak peduli melihat manusia berkelahi, bahkan temennya berkelahi juga mungkin tidak tertarik untuk melihat.
Sementara manusia walaupun masih balita matanya terus mengikuti kemana perginya para cecak yang saling bekejar kejaran. Sedikitnya rasa ingin tahu itulah yang menjadikan mahluk selain manusia memiliki karakter yang monoton, seperti harimau melakukan perkawinan setahun sekali yang berbeda jauh dengan burung merpati bisa sepuluh kali dalam sehari, seperti gajah yang setelah mandi selalu mengotori kebali tubuhnya dengan lumpur, seperti katak yang terus berbunyi padahal itu malah memanggil ular sang pemangsa. Gunung dan berbagai sifat-sifatnya, Air Laut dengan rasa yang berbeda ditiap kedalamannya, Langit yang tanpa tiang bisa menaungi bumi, Awan yang berubah-ubah bentuk, Pohon dengan berbagai macam besar dan bentuk. Beberapa mahluk selain manusia yang dijadikan perumpamaan dalam wahyu Illahi seperti sapi, semut, lebah, laba-laba, gunung, langit, pohon, petir, tempat-tempat dll.
Karakter-karakter tersebut mungkin bagi dirinya biasa saja, tapi bagi manusia merupakan satu media berfikir dan satu ilmu pegetahuan yang sangat bermanfaat, bahkan tidak sedikit yang dijadikan simbol atau avatar bagi seseorang, keluarga, kelompok, masyarakat ataupun negara. Avatar itulah yang yang mewakili sesuatu agar bisa saling mengenal tidak hanya sekedar nama, tapi lebih jauh lagi adalah adanya spesifikasi khusus yang dicirikan melalui avatar.
Perumpamaan memang tidak sama persis dengan yang sebenarnya, tapi cukup membatu untuk lebih dalam upaya saling mengenal, menjadi alat komunikasi bahasa agar lebih paham. Karena itu kedudukannya menjadi sangat penting, tapi tidak boleh di agungkan atau di dewakan karena fungsinya hanya sebatas "alat bantu" yang tetap saja ada sisi kekurangannya sebagaimana perumpamaan bapak anak dan keledai.
Avatar diri, keluarga dan negara sangat perlu dimiliki dan digunakan untuk membatu kita menyadari batapa banyak sisi kelemahan dan kekurangannya. Seperti apakah avatar anda sebelumnya, saat ini juga yang akan datang?. Akan lebih baik anda definisikan untuk membatu mencapai tujuan anda. Seperti apapula avatar keluarga anda?, samakah jawabanya antara bapak, istri dan anak-anak.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H