Krisis pertanian mengancam Indonesia. Selain karena lahan semakin sempit atau iklim semakin ekstrim, melainkan karena semakin sedikitnya generasi muda yang tertarik menjadi petani. Fenomena ini melahirkan istilah "generasi hilang" dalam sektor pertanian. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2023, Jumlah petani milenial umur 19-39 tahun hanya sebesar 6.183.009 orang atau hanya sekitar 21,93% dari jumlah petani di Indonesia. Berarti, besar persentase petani lanjut usia atau 40 tahun sebesar 78,07% dari jumlah petani di Indonesia. Data ini menunjukkan minat anak muda menjadi petani masih tergolong sangat kecil. Pertanyaannya, mengapa anak muda enggan bertani?
Alasan generasi muda khususnya Gen Z tidak ingin menjadi petani adalah karena tidak ada pengembangan karir, penuh risiko, pendapatan kecil, tidak dihargai, dan tidak menjanjikan (cnbcindonesia, 2022). Keterbatasan terhadap modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang terampil. Tingginya tingkat urbanisasi dan peningkatkan pendidikan di pedesaan, kurangnya daya tarik profesi petani di mata generasi muda, peningkatan usia petani di Indonesia yang menyebabkan kurangnya pengganti untuk mengisi posisi petani yang pensiun atau meninggal dunia, serta tantangan perubahan iklim dan lingkungan yang semakin kompleks. Secara garis besar, alasan kurangnya minat regenerasi petani pada masa kini adalah karena banyaknya persepsi negatif serta tingkat kesejahteraan petani yang rendah yang membuat generasi muda enggan menjadi petani dan memilih merantau ke kota untuk mencari pekerjaan lain seperti pekerjaan kantoran.
Dampak dari krisis regenerasi petani ini sangat luas. Perekonomian desa melemah, pelestarian lingkungan menjadi semakin sulit, citra Indonesia sebagai negara agraris juga semakin melemah, produktivitas pertanian menurun yang berdampak ke ketahanan pangan nasional yang terancam dan membuat kemungkinan untuk semakin bergantung ke impor barang menjadi semakin besar, perkembangan teknologi dan pengetahuan pertanian semakin terbatas dalam sektor pertanian.
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis regenerasi petani?
Pemerintah dapat menjawab pandangan negatif generasi muda tentang pertanian seperti, meningkatkan akses terhadap modal, teknologi, dan sumber daya yang terampil. Meningkatkan daya tarik profesi petani, meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di pedesaan, meningkatkan dukungan sosial, meningkatkan partisipasi petani muda dalam pengambilan keputusan, adanya program pembangunan dari pemerintah yang khusus untuk sektor pertanian, usaha pemerintah untuk menstabilkan harga pertanian agar kesejahteraan petani meningkat. Selain pemerintah, swasta juga memiliki peran penting, Perusahaan swasta dapat berinvestasi di sektor pertanian untuk membantu masyarakat memenuhi modal pertanian.
Kesimpulan: Krisis generasi petani adalah masalah serius yang harus segera mendapat perhatian dari pemerintah dan harus segera di atasi. Dengan mengubah pandangan masyarakat dan membantu petani mencapai kesejahteraan, kita dapat membangun citra baik dan mulai mengubah persepsi generasi muda tentang menjadi petani kearah lebih baik. Untuk mencapai negara yang mantap dalam ketahanan pangan dan berusaha memutus rantai impor, pemerintah dan masyarakat harus sadar tentang pentingnya petani di Indonesia.
Sumber: Pandangan ancaman krisis petani di Indonesia berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023. (nd). https://journal.sragenkab.go.id/index.php/sukowati/article/view/493/183
Krisis Indonesia Petani Muda - Fakultas Pertanian . (2023, 14 April). Fakultas Pertanian. https://faperta.umsu.ac.id/2023/04/14/indonesia-krisis-petani-muda/
BPS (2023, 4 Desember). Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2023 - Tahap I . Badan Pusat Statistik Indonesia. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/12/04/2050/hasil-pencacahan-lengkap-sensus-pertanian-2023---tahap-i.html
Terungkap ini penyebab anak muda ogah jadi petani. (2023, 14 April). Cnbindonesia. https://www.cnbcindonesia.com/research/20221201110556-128-392831/terungkap-ini-penyebab-anak-muda-ogah-jadi-petani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H