Mohon tunggu...
T. Emir Fauzy
T. Emir Fauzy Mohon Tunggu... Programmer - Pensiunan PNS

Pensiun pegawai negeri, lebih dari 25 tahun (pernah) berprofesi sebagai programmer/sistem analis komputer/IT (yang tidak berhubungan dengan latar pendidikan bidang hukum). Sebagai pensiunan (baca: pengangguran) saat ini lebih banyak menyibukkan diri dengan kehidupan berkeluarga (dengan 1 isteri dan 3 orang anak yang masih sekolah/kuliah). Punya kesenangan menanam bunga/tanaman hias dan memelihara ikan-ikan murahan yang cantik di kolam halaman rumah. Saat ini tinggal di rumah angsuran BTN yang mungil di pedesaan pinggiran kota Bogor nan sejuk dan cenderung semakin gerah dan sumpek (sekarang sejuknya cuma di musim hujan). Kesenangan yang lain, misalnya fotografi dan jalan-jalan sambil menyimak info mengenai kondisi dan perkembangan masyarakat kita. Sedikit-sedikit juga ikutan kegiatan di dunia maya yang sifatnya menghibur (menonton, menulis, dll.). Yang paling banyak sih 'menulis' di dalam pikiran/memori saja.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasih Ibu ...

31 Desember 2009   02:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

*** kasih ibu kepada beta tak terkira sepanjang masa hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia … *** Sepenggal bait lagu masa kanak-kanak itulah yang melintas di benak saat saya teringat kepada Ibuku. Ibu, yang bagi saya banyak sekali keistimewaannya. Dia yang sudah mengandung dan bersusah payah membawa-bawa kandungannya kesana kemari. Kemudian rela mengambil resiko sebagai galibnya seorang ibu, menyabung nyawa melahirkan anak-anaknya. [caption id="attachment_46079" align="alignleft" width="203" caption="Ibuku, Tg. Balai, 1946"][/caption] Selanjutnya tanpa keluh kesah dan kenal lelah telah merawat, membesarkan, dan mengisi ruang-ruang kosong menjadi diriku apa adanya seperti sekarang ini. Bahkan dengan statusnya yang sendiri (setelah ayah kami tercinta berpulang ke rahmatullah) berbekal ketabahan telah menemani dan berjuang sejak kami semua - keenam orang anaknya - masih di bawah umur. Yang relung batinnya begitu dalam dan lapang,yang telah memberikan kekuatan lahir batin tak terkira dalam menghadapi berat dan kerasnya kehidupan ini. Mengikuti jejaknya, kehidupan kami insya Allah dapat terus berjalan baik, bahkan bagi kami terkadang terasa nyaris sempurna. Meskipun teramat berat dan tidak mudah, segala aral rintangan dapat dilampaui. Yang berat seolah terasa ringan, mudah-mudahan segala kesulitan akan dapat dipermudah. Subhanallah … Alhamdulillah! Dari sekian banyak keistimewaannya, ada satu hal yang sedemikian amat istimewanya bagi saya sampai saat ini. Menjadi amat istimewanya saat ini dan amat menyentuh bagi saya karena agaknya relatif berlawanan dengan kenyataan keseharian yang berlarian di sekitar. Terutama di lingkungan pergaulan hidup dalam keluarga dan masyarakat yang penuh kompleksitas kekinian. Dengan keseimbangan harkat dan martabat kemanusiaan yang acapkali terganggu. Saat manusia yang tercemar kedengkian bisa menjadi sangat egois, hanya mengedepankan kepentingan diri dan lingkaran kehidupannya semata (terkadang dengan menghalalkan segala cara). Tergoda untuk bersikap iri/dengki terhadap kesenangan orang lain. Sebaliknya, juga tergoda bersikap tak perduli kepada sesama. Tidak bersyukur atas segala anugerah. Sikap dan perilaku yang tidak mendukung peningkatan kualitas moral dan integritas diri manusia. Namun demikian, suatu hal yang amat menyentuh jiwa raga saya. Ia selalu berempati kepada semua orang, siapa saja (apalagi kepada keluarganya). Setidaknya selalu mencoba  mengerti, apapun yang telah diperbuat seseorang dalam berbagai sikap/perilaku, baik positif maupun negatif. Latar belakang dan pengalaman (lahir dan batin/fisik dan mental) yang mendorong seseorang telah berbuat atau tidak berbuat sesuatu, baik atau buruk/jahat. Apapun kejadiannya, responsnya selalu positif, yakni menebarkan kebaikan! Bahkan dapat berempati kepada orang-orang yang menurut saya telah menyakitinya.  Kelembutan, kebaikan hati, dan kearifannya itulah antara lain yang saya rasakan telah membentuk dan membangun motivasi menuju integritas moral yang terbaik. Berpengertian, selalu berlapang dada, berjiwa besar, berprasangka baik (jauh dari perasaan iri/kedengkian), meminta dan memberi maaf adalah begitu banyak hal yang sampai sekarang senantiasa saya pelajari, saya tiru, dan terus saya upayakan peningkatan kualitasnya. Bagi saya pelajaran besar itu tak akan pernah selesai … belajar terus sampai ke liang kubur! [caption id="attachment_46085" align="alignright" width="300" caption="Ibuku, Jakarta, 2009"][/caption] Saya juga amat percaya bahwa hidupnya yang  ‘kaya’, sehat, dan sejahtera lahir dan batin tak terlepas dari sifat-sifat positifnya yang terus terpelihara. Rupanya benar, karena berbagai pembahasan, telaah, dan penelitian ternyata juga telah membuktikan hal itu (lihat juga: http://www.harunyahya.com/indo/artikel/094.htm dan http://revito.blogspot.com/2008/02/meminta-maaf-memperkokoh-integritas.html). Di usianya yang hari ini telah menginjak 83 tahun (dengan segala kekurangan dan penurunannya, terutama secara fisik), saya berdoa mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan berkah dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga kepada beliau. Selalu sehat sejahtera dan diberkahi umur yang berkualitas. Agar tubuh tuanya yang ringkih itu tetap dipenuhi kekuatan jiwa dan kedigjayaan, tak menghalangi untuk terus setia memenuhi segala kewajibannya kepada Allah. Setia pada kodratnya sebagai ibu dan nenek, sebagai seorang anak manusia yang penuh cinta kasih. Kasih sayangnya yang tak terukur kepada kami semua mustahil akan dapat kami balas. Bahkan seandainyapun dengan menggadaikan jiwa dan raga. Terima kasih, Ibuku …! “Kasih ibu sepanjang jalan yang tak berujung, sayang anak sepanjang galah” adalah pepatah lama yang kiranya - mudah-mudahan - dapat kita maknai secara lebih mendalam untuk lebih dan semakin menyayangi ibu kita sekalian. Mumpung masih ada waktu ...!! Amiin, Yaa Rabbal ‘Aalamiin. Mammie, Selamat Ulang Tahun Ke-83 …! May God Always Bless and Protect You!! Pasar Minggu, 31 Desember 2009 Bojonggede, 5 Juni 2010 [caption id="attachment_46052" align="aligncenter" width="650" caption="Mam, 'met ulang taon, yaa ... :)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun