Mohon tunggu...
Emir Aditya
Emir Aditya Mohon Tunggu... Banker -

Selanjutnya

Tutup

Worklife

#TAYTB Cerita Si Introvert Menjadi Customer Service

20 April 2019   21:16 Diperbarui: 23 April 2019   19:18 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi, selamat datang di OCBC NISP, apa yang bisa saya bantu hari ini?

Kalimat di atas merupakan kalimat yang selalu saya ucapkan sebagai pembuka percakapan dengan nasabah yang saya temui. Kalimat yang saking seringnya diucapkan, hanya menjadi kebiasaan dan menjadi hilang makna. Namun, kalau ditelaah lebih dalam, kalimat ini memiliki arti yang sangat besar. Dengan mengucapkan kalimat di atas, saya membuat janji untuk bisa menyelesaikan apapun masalah yang nasabah saya hadapi. Janji yang harus saya tepati.

Oh iya. Perkenalkan, nama saya Emir Aditya. Sudah 3 tahun belakangan ini, saya bekerja sebagai Service Assistant di Bank OCBC NISP. Buat yang tidak tahu, Service Assistant sama fungsinya dengan Custumer Service, bertugas melayani kebutuhan nasabah dalam transaksinya di bank, baik finansial maupun non-finansial. Jika kamu kenal siapa saya dulu, maka tidak akan pernah terbayangkan bahwa seorang Emir Aditya bisa berkarir di pekerjaan yang mengharuskannya berkomunikasi dengan orang lain, terlebih orang yang tidak dikenal.

Saya menghabiskan masa kecil di Kampung Makasar, sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Timur, di dalam sebuah rumah kontrakan sederhana bersama keluarga yang hangat. Saya, seperti anak kecil pada umumnya menghabiskan masa kecil dengan bermain bersama teman-teman di lingkungan saya. Bermain bola, tak jongkok, petak umpet, bersama dengan Edo, Sandi, Ebi, dan Dani, beberapa teman dekat saya waktu kecil dulu. Tawa dan canda tidak pernah lepas dari hidup saya. Bisa dibilang, saya memiliki masa kecil yang sangat menyenangkan.

Kemudian, pada suatu hari saat saya kelas 3 SD, keadaan mengharuskan saya untuk pindah dari rumah masa kecil saya. Ayah saya mendapatkan rezeki untuk membangun sebuah rumah yang orang tua saya sudah impikan sejak lama. Saya yang masih kecil sepertinya belum terlalu paham mengenai hal ini. Yang saya tahu kami sangat bahagia mengenai hal ini. Namun hal ini juga berarti saya harus berpisah dengan teman-teman saya di sini.

Dari dulu saya memang bukan tipe anak yang pemberani, supel, dan pandai bergaul. Persahabatan saya dengan teman-teman saya di Kampung Makasar juga tidak pernah saya ingat awal mulanya. Mungkin karena kami sama-sama kecil, rumah kami berdekatan, dan mungkin orang tua kami juga sering ngobrol. Tapi ternyata untuk membangun kembali hubungan pertemanan dengan anak-anak baru dan di lingkungan yang baru tidak semudah yang saya harapkan. Entah karena masih terbayang-bayang teman-teman lama saya, atau karena hal lain, saya seperti kehilangan minat untuk berteman dengan orang baru.

Bukan tidak mencoba, saya dan mereka berusaha untuk dapat membuat saya masuk ke lingkungan baru ini. Di hari-hari pertama, kami bermain bersama-sama, dan saya merasakan sambutan mereka sangat hangat terhadap saya. Namun saya sudah terlanjur menjadi anak introvert sehingga masa kecil saya dilanjutkan dengan bermain sendiri di dalam rumah. Orang tua saya mungkin merasa sedikit khawatir dengan sifat saya yang satu ini.

Mereka khawatir karena anak laki-laki satu-satunya ini akan kesulitan untuk bergaul jika tidak pernah bermain, yang mungkin bisa berakibat buruk bagi masa depannya. Bukan sekali dua kali mereka menyuruh saya untuk bermain, pergi ke rumah tetangga, berkenalan dengan anak lain, dan lain sebagainya. Tapi saya terlanjur nyaman dengan kesendirian saya, maka saya tidak terlalu banyak berubah.

Sampai-sampai dulu ketika ditanya karir impian saya, saya akan menjawab pekerjaan apapun yang mengharuskan saya duduk di cubicle kecil milik saya sendiri, mengerjakan pekerjaan saya sendiri dari pagi sampai sore, kemudian pulang dan istirahat untuk kemudian mengulang hal-hal di atas keesokan harinya.

Maka, ketika saya memutuskan untuk bekerja sebagai Customer Service di Bank OCBC NISP, jujur, awalnya karena ini adalah pekerjaan pertama yang saya dapatkan, dan saya ingin cepat-cepat kerja setelah lulus kuliah. Awalnya saya tidak ada bayangan sama sekali mengenai dunia perbankan, apalagi menjadi seorang Customer Service. Bisa dibilang saya terjun bebas di dunia ini. Sempat takut juga apakah seorang introvert yang tidak pandai berbicara ini mampu bertahan di dunia yang mengharuskannya berbicara dengan orang tak dikenal.

Untungnya, OCBC NISP memiliki program training yang sangat bagus untuk karyawan barunya. Saya bersama teman-teman satu angkatan saya di-training selama 5 minggu di tempat yang sangat nyaman di lingkungan yang sangat kondusif dengan pengajar yang sangat credible di bidangnya. Saya yang tadinya buta sama sekali soal service dan perbankan, setelah lulus dari training menjadi lebih paham tentang produk-produk di Bank OCBC NISP yang sangat lengkap dan sesuai dengan kebutuhan konsumennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun