Mohon tunggu...
Miratusalimah
Miratusalimah Mohon Tunggu... Administrasi -

find another piece of min in emimierara.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Lama Belum Kelar #37 (hampir kelar!)

11 Mei 2013   19:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sesuai dengan arahan Ayu, gua mencari sebuah komplek yang lumayan elit kira-kira 8 Km dari rumah lamanya. Lewat Rumah Sakit Besar, Pintu gerbang cluster yang dijaga oleh security dan gua pun bertanya, di mana keluarga Pak Ruslan tinggal.

Dan di sinilah gua melihat tenda berdekorasi tirai putih dan kursi-kursi berjejer rapih. Orang-orang dengan rapih berdatangan membawa hantaran. Gawat, itu pasti keluarga cowoknya Devina yangbelum gua ketahui siapa orangnya. Dasar Devina, gua tidak bisa sedetikpun meninggalkannya. Secepat kilat akan ada cowok yang datang dan berusaha mengambil hatinya. Dan hari ini dia tunangan?

Gua selap-selip di antara kerumunan para tetamu yang datang. Ibu-ibu bersanggul dan Bapak-bapak berpeci. Gua melihat laki-laki berbatik rapih, berjalan paling depan dan tersenyum paling sumringah. Dia pasti calon tunangan laki-lakinya. Bedebah! Laki-laki itu lumayan ganteng dan mapan. Dari jam yang ia pakai dan handphone yang selalu ia bawa-bawa, pasti dia kerja di tambang minyak.

Gua berhasil masuk rumah Devina yang megah itu tanpa orang tahu siapa gua. Mungkin mereka menduga gua datang dengan calon tunangan pria, atau sebaliknya.

Foto keluarga Devina terpampang dengan jelas di ruang tamu itu. Ia adalah anak perempuan paling bungsu dari 3 bersaudara.

Pak Ruslan, Ayah Devina, yang gua pastikan adalah orang yang sama di foto keluarga itu pun mempersilahkan para tetamu untuk duduk dan mengambil minuman yang disediakan.

Dengan langkah hati-hati, Devina yang bersanggul turun bersama dua wanita cantik lainnya. Mungkin sepupu-sepupunya.

“Nah ini dia calonnya, cantik ya…!” seru Pak Ruslan.

Dan para tetamu dari kubu calon tunangan pria pun mengangguk setuju.

Gua langsung maju ke arah Devina, yang terlihat kaget seperti melihat setan. Gua tarik tangannya meskipun ia sempat menolak.

Para tetamu dan orang-orang di sekitar kami pun bingung.

“Assalamualaikum semuanya…” Gua mulai percaya diri berbicara dekat Pak Ruslan. Sang calon mertua idaman. “Bukan maksud saya membuat acara Bapak-bapak dan Ibu-ibu di sini berantakan…”

Mereka mulai tanya sana-sini siapa diri gua sebenarnya. Diantara pandangan heran mereka itu, gua memasang muka tebel-tebel. Siapa tahu setelah gua bicara, mereka menimpuk gua pakai semangka yang sudah berjejer di meja prasmanan.

“Saya cuma ingin, sebelum Devina, orang yang saya cintai, yang hari ini mau ditunangkan dengan anak Bapak…” gua langsung menatap si Bapak calon tunangan laki-laki yang memicing di balik kacamatanya. “Saya ingin mengungkapkan perasaan saya, kalau saya lebih baik mati daripada harus kehilangan dia !”

Orang-orang tersebut sama-sama mengernyit seketika. Mereka mencium sesuatu yang tidak beres dengan keberadaan gua.

“Aje, lo apa-apaan siiih???” Devina mencoba memelintir tangan gua yang nggak mau melepasnya.

“Gua udah batalin pertunangan gua,” ujar gua agak keras. “Gua sekarang minta sama lo, kalo lo masih berkenan, maafin gua… Gua nggak bisa kehilangan lo…”

Di depan para tamu, gua pun berlutut. “Dev, ini mungkin usaha terakhir gua. Untuk mewujudkan cinta kita. Gua janji gua nggak akan nyakitin lo lagi, gua akan lakukan apa aja supaya elo bahagia sama gua. Lo mau gak menikah sama gue aja?” dengan tampang melas, gua melamarnya.

“AJE !! LO SADAR GAK SIH, INI ACARA APA?”Devina geram.

“Gua sadar, hari ini lo mau tunangan sama cowok itu!” gua menunjuk cowok itu dengan pandangan sebal.

“Waduuuh, mas nya salah!” kata seorang ibu-ibu dari kubu calon pengantin pria yang memakai kaftan seragam berwarna tosca. “Anak saya mau tunangan sama Shinta, yang itu orangnya.” Ia menunjuk ke arah cewek yang memakai sanggul agak sama dengan Devina berbalut kebaya pink dan kain songketkeemasan. Barusan dia memang turun bersama dengan Devina.

“Wealah…. Tak kirai Shinta yang mau dibawa pergi, Ternyata…!” Dengan kocak si calon tunangan laki-laki berkomentar.

Pak Ruslan pun menghampiri gua. “Begini Mas, yang ini namanya Shinta, adik sepupunya Devina. Yang hari ini mau tunangan dengan Mas yang itu…” Pak Ruslan yang berperawakan mirip Jussuf Kalla menjelaskan dengan detail. “Kalo Devina sih kayaknya belum ada yang punya. Cek aja toko sebelah kalo Mas nya nggak percaya…” dia pun melucu.

Semua orang terlihat tak bisa menahan tawa dan terkejut.

Gua malu sampai muka gua memerah dan gua perhatikan muka Devina asem. Gua berkali-kali minta maaf pada Pak Ruslan, cewek yang namanya Shinta, serta seluruh keluarga yang datang untuk melamar Shinta.

“Nama Mas siapa?” tanya Pak Ruslan.

“Majendra…” Gua pun memperkenalkan diri.

“Jadi Mas serius mau ngajakin anak saya nikah?” Ia memastikan.

“Begitu deh Om, tolongin saya dong.”

“Nggak bisa, Mas harus usaha sendiri. Kalau Devina nggak mau apa mau dikata.” Katanya bikin gua keki. “Gimana de’?” tanyanya pada Devina.

“Tau ah!” Devina sombong. Ia pun langsung menggeret gua keluar.

Gua nggak tahu harus berkata apa, yang pasti gua senang. Tapi Devina begitu jutek, marah dan sebal.

“Kenapa lo batal married?”

“Karena di hati gua udah tertulis nama lo, Dev!” kata gua dengan semangat gombal 45. Ini baru permulaan. Gua yakin kalau hati Devina akan mencair. Gua nggak akan berhenti usaha sampai Devina jadi istri gua. Dan gua yakin ini cinta sejati gua.

------------------ bersambung


Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun