Mohon tunggu...
Miratusalimah
Miratusalimah Mohon Tunggu... Administrasi -

find another piece of min in emimierara.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meracau

31 Juli 2013   20:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sangat kacau karena ditinggal pacar. Dia sembunyi di balik batu dan berusaha menghilang. Tapi saya selalu tahu dia ada di mana. Dia pikir ilmunya sudah tinggi, bisa begitu mudahnya berlari. Lalu saya meracau...

Saya meracau bukan karena lapar. Sudah puas ia memporak porandakan perasaan. Seperti badai menghantam kapal hingga retak kayu-kayu di badannya. Siap untuk tenggelam. Tapi saya tak mau karam. Saya mau berontak. Lalu saya meracau....

Saya meracau karena dunia berpaling. Sudah habis ia mereguk pesona wanita. Kini sinarnya meredup. Tak ada pujian lagi. Hanya diam yang menyesak. Seperti gitar rusak yang tak bersenar. Gigi ompong dan menghitam. Tak boleh tersenyum. Nanti cercaan orang membuatmu tambah galau. Lalu saya meracau...

Habis kata-kata hina terbitlah kata-kata baru yang makin hina. Tamatlah Novel jadilah sinetron. Ada berita karena ada cerita. Ada cerita karena ada derita. Sang pacar sudah jauh dan tak akan berlabuh. Maka Jangan buang waktu.

Meracaulah sebisa ia tahu. Sampai panas kuping itu. Sampai penat kepala itu. Sampai terjerit hati itu. Sampai ia memohon ampun. Sampai ia meracau karena kacau.

July 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun